Sudah lama saya nggak menulis tentang tips blogging. Padahal kendala ini sering saya alami, dan saya yakin banyak juga blogger mengalami hal yang sama. Terutama bagi teman-teman yang sering mendapakan job Content Placement (CP).
Beberapa teman saya sempat heran dan bertanya kok bisa saya dapat job endorse di media sosial dan blog? Soalnya followers saya di IG saja masih tiga ribuan, kalah banyak dengan followers anak SD yang doyan tiktok. Saya nggak tersinggung kok dengan keheranan mereka, malah saya semangat untuk menjelaskan. Siapa tahu mereka bisa mengikuti langkah saya untuk menghasilkan uang dari media sosial.
Jawaban yang pertama tentu karena saya sering berburu job, baik itu dari grup-grup Facebook maupun situs-situs agency. Tapi sebelum saya mendapatkan job yang saya lakukan adalah sibuk membangun personal branding. Sehingga brand/agency bisa mempercayakan saya untuk mempromosikan produk/jasa mereka.
Dulu saya pikir yang hanya bisa mendapat uang dari Instagram itu ya selebgram yang followersnya ratusan ribu, atau artis yang followersnya jutaan. Kalau followers sedikit dan mau dapat uang ya harus jualan online. Ternyata semakin saya mendalami dunia blogger, ikut gabung banyak grup baru saya tahu kalau followers di bawah 5000 pun bisa dapatin job endorsement juga lho.
Bagi saya pribadi ada kesenangan tersendiri juga bisa bikin konten yang bermanfaat dan bonusnya dibayar. Apa lagi kalau diendorse produk yang memang bermanfaat buat saya pribadi atau keluarga, jadi mempromosikannya juga dengan senang hati.
Setuju nggak, kalau setiap pekerjaan pasti ada suka dukanya, sekalipun pekerjaan itu kita sukai. Salah satunya ada menulis blog. Bisa dibilang saya cinta banget dunia blog ini. Meskipun nggak bisa nulis setiap hari tapi kalau dalam seminggu nggak ada tulisan baru saya mulai resah dan gelisah kayak punya utang gitu.
![]() |
unsplash |
Berawal dari curahan hati, bisa jadi pundi-pundi rezeki. Kata-kata yang dirangkai menjadi sebuah tulisan, bisa berbuah transferan. Itulah enaknya menjadi blogger yang hobi berceloteh, bukan dengan mulut tapi dengan jari jemari yang menari di atas keyboard.
Teringat pertama kali membuat blog, tujuannya untuk cerita-cerita ringan kejadian di Sekolah. Setelah kuliah, blog ini untuk curhat dan mengerjakan tugas dari dosen. Setelah kerja, saya berbagi tentang suka dukanya kerja di Lapas. Setelah menikah dan mempunyai anak, saya berbagi cerita tentang lika-liku peranan diri sebagai istri dan ibu.
Menjadi blogger ditengah kesibukan sebagai seorang ibu yang juga bekerja itu rasanya luar biasa. Gimana pontang-pantingnya saya membagi waktu. Kenapa sih saya segitunya dengan dunia tulis menulis khususnya ngeblog?
Dari saya kecil saya sudah jatuh cinta dengan kegiatan
tulis-menulis. Mulai dari rajin menulis buku harian, bikin puisi dan cerpen,
lalu tersenyum bangga ketika tulisan itu terpajang di majalah dinding Sekolah
atau koran lokal. Bahkan setiap mengisi kolom biodata, di bagian hobi saya akan
menulis “membaca dan menulis.”
Nggak kerasa sebentar lagi kita akan mengalami pergantian tahun. Saya bilang nggak kerasa karena memang benar-benar waktu terasa berjalan begitu cepat. Terutama disaat saya sudah punya anak.
Rasanya baru kemarin iseng ngeblog tentang pengalaman melahirkan dengan operasi caesar (sekarang anaknya sudah hampir 2 tahun), lalu tulisan itu banyak dikunjungi sehingga membuat saya semangat terus menulis sampai sekarang bisa mendapatkan penghasilan bulanan dari ngeblog.
"Saya sudah punya blog, tapi bingung mau nulis apa"
"Pengen sih bikin blog, tapi malu ah nulisnya. Cerita hidup saya nggak menarik"
"Maunya sih produktif ngeblog, tapi idenya belum muncul nih"
Saya menemukan komentar-komentar seperti itu di grup-grup komunitas blogger dan ada juga yang langsung curhat sama saya. Apa teman-teman pernah dengar komentar serupa? atau malah pernah mengucapkan hal yang sama?
Saya sering lihat
teman-teman yang tulisannya bagus, tapi mereka jarang mempublikasikan
tulisannya. Ada juga yang sering update status menarik di media sosial, dan
banyak dibagikan. Sayang banget kalau hanya sebatas itu, nggak dikembangkan
lebih jauh lagi. Saya tahu kebanyakan orang menganggap menulis hanyalah hobi
yang disalurkan disaat waktu luang saja, dan nggak mikirin harus dapat uang
dari menulis. Saya dulu juga begitu, tapi ketika sudah merasakan bahwa dari tulisan
bisa jadi penghasilan, saya jadi makin cinta dengan hobi ini.
Senang banget untuk pertama kalinya saya berkolaborasi menulis dengan salah satu parenting blogger favorit saya, yaitu mbak Yeni Sovia (Jakarta). Gaya bahasanya dalam menyampaikan nggak terkesan menggurui. Selain itu kami punya sudut pandang yang berbeda karena latar belakang yang juga berbeda namun saling melengkapi. Mba Yeni adalah Stay at Home Mom dan saya working mom. Kali ini kita mau bahas bagaimana untuk tetap produktif meski sudah menjadi ibu dengan rutinitas segambreng.
Saya yakin ada banyak blogger yang punya profesi lain, bahkan bisa dibilang profesi yang utama. Misalnya bagi saya profesi utama adalah karyawati di Lapas, dan blogger adalah profesi sampingan. Keduanya saling melengkapi. Sebagai karyawati gajinya mencukupi kebutuhan saya dan keluarga. Namun menjadi blogger duitnya masih sedikit, menuangkan ide dan opini melalui tulisan adalah passion saya. Dibayar ataupun tidak, saya tetap senang melakukannya.
Saya mulai bikin blog tahun 2009, saat itu lagi hits banget bikin-bikin blog karena virusnya Raditya Dika. Penulis yang awalnya bikin buku dari kumpulan tulisannya di blog. Kayaknya waktu itu banyak banget blog yang nichenya personal-komedi. Saya pun jadi terpengaruh, makanya awal-awal tulisan itu kebanyakan curhat doang.
Nah itu dia kayaknya kesalahan saya, bikin blog cuma buat ikut-ikutan.