Saya yakin bukan cuma saya sendiri yang merasakan takut berlebihan ketika angka pasien penderita Covid-19 di Indonesia semakin banyak. Apa lagi ketika melihat grafik jumlah orang yang terkena virus tersebut semakin naik di daerah tempat tinggal saya.
Dulu waktu masih SD, tapi saya lupa tepatnya kelas berapa saya sering main ke rumah salah satu teman. Saking seringnya, tentu saya sering pula ketemu ayah dan ibunya. Dua-duanya pribadi yang ramah sama saya dan teman-teman lain yang main kesitu.
Tapi, yang saya heran banget teman saya itu jarang banget ngobrol sama ayahnya. Biasanya dia hanya akan menegur ayahnya kalau disuruh ibunya untuk mengingatkan makan misalnya.
Fase pada setiap anak itu kayak tantangan tersendiri bagi saya sebagai orang tua. Kalau berhasil dilewati rasanya lega dan senang banget kayak habis menang lomba. Karena proses melewati fase itu juga nggak mudah, ada drama-dramanya gitu.
Salah satunya adalah fase toilet training, alias anak benar-benar lepas dari diapers/popok. Selain nggak perlu khawatir lagi dengan kesehatan kulitnya karena takut iritasi, lepas popok itu juga lumayan hemat budget yang bisa dialihkan untuk hal lain.
Pengalaman saya butuh waktu untuk dua minggu anak berhasil nggak ngompol dan bisa bilang kalau dia kebelet. Tapi setelahnya butuh 1-2 bulan juga sampai saya berani ngajak dia pergi agak lama keluar rumah tanpa memakai popok.
Sebenarnya orang-orang sekitar sudah ada yang nanya "kapan Mukhlas dikasih adek?" atau dido'ain semoga cepat punya anak lagi. Saya sih terima kasih jika ada yang mendo'akan kebaikan. Tapi karena ini saya yang menjalani, jadinya ya saya dan suami yang tahu betul kondisi kami bahwa kami belum siap untuk memiliki anak kedua.
Senangnya anak mama sekarang sudah makin besar, dan sudah nggak mau lagi dibilang anak kecil. Maunya dibilang "anak besar". Kalau dibilang anak kecil pasti nangis, padahal kalau mau jadi anak besar nggak boleh cengeng, lho.
![]() |
source : Freepik |
Flu dan pilek yang diderita oleh anak-anak
akan membuatnya rewel karena kesulitan bernapas. Selain itu, sang anak juga
akan merasa tidak nyaman karena flu secara terus menerus.
![]() |
source : Anakcerdas. net |
Berakhir pekan nggak harus selalu keluar rumah kan, Moms? Ada banyak cara untuk menyemarakkan libur sabtu-minggu tanpa harus jalan-jalan ke mall atau ke taman bermain. Salah satunya adalah melakukan percobaan sains sederhana yang bisa dilakukan bersama anak-anak.
Ada banyak manfaat yang bisa didapat dengan melakukan percobaan sains sederhana bersama anak-anak. Pertama, anak bisa melihat praktik dari ilmu pengetahuan alam / fisika yang mereka pelajari di sekolah. Kedua, anak bisa belajar bahwa ilmu sains ternyata mudah ditemui dalam keseharian, dari benda-benda yang ada di rumah. Ketiga, bisa merekatkan bonding antara orang tua dan anak.
Kalau anak sudah flu dan hidungnya tersumbat, sebagai orang tua saya rasanya kasian banget. Kita yang dewasa saja kalau hidung tersumbat rasanya menderita. Susah nafas, makan nggak selera karena bau makanan susah tercium, belum lagi gejala lainnya seperti batuk, sakit kepala, sakit kantong dan badan meriang bikin tambah tersiksa.
![]() |
source : Frepik//Senivpetro |
Setiap orang tua
pasti senang banget memperhatikan tumbuh kembang anak, termasuk kemampuan
berbicara. Rasanya bahagia luar biasa saat anak saya pertama kali menyebutkan
kata “ma..ma”. Terus bertambah kosa katanya, lalu bisa merangkai kata menjadi
kalimat, sampai kemudian bisa ngomong minta jajan ke Alfamart.
Saya sering banget dapat pertanyaan seperti itu mulai dari sesama ibu-ibu, teman yang belum menikah, dan dari keluarga sendiri. Kelihatannya patokan anak sehat itu banyak makannya masih menjadi pemahaman banyak orang.
![]() |
source : Freepik/colorfuelstudio |
Sistem imun anak dapat menurun saat cuaca tak menentu. Di daerah tempat tinggal saya sedang musim kemarau disertai kabut, sehingga membuat udara terasa kotor dan nafas jadi sesak. Ketika hujan turun, saya kira itu pertanda musim kemarau berakhir, tetapi nyatanya masih berlanjut. Bahkan anak saya tak terhindarkan dari flu, batuk, dan diare.
Menjadi Ibu untuk pertama kalinya pasti membuat suasana hati bercampur aduk. Bahagia itu tentu saja, namun rasa cemas dan khawatir juga mengikuti. Khawatir apakah saya yang belum berpengalaman ini bisa merawat bayi dengan baik? Apakah saya bisa sukses memberikannya ASI (Air Susu Ibu) ekslusif?
![]() |
freepic |
Alhamdulillah anak saya Mukhlas sudah disapih pas umurnya 2 tahun 1 bulan. Walaupun ada drama-drama saat menyapih syukurnya bisa terlewati dengan baik. Nah, karena dia sudah nggak menyusu dengan saya, kepikiran untuk menyambungnya dengan susu botol.
Punya anak memang jadi punya banyak cerita. Banyak tingkah laku Mukhlas ( 2 tahun) yang kalau dikenang bikin saya ngakak lagi, atau geleng-geleng kepala. Daripada nanti lupa, lebih baik saya tulis disini buat kenangan. Siapa tahu ada pakbapak bukibuk yang ngalamin hal yang sama, atau minimal senyum-senyum baca tulisan ini.