Masih Rezeki
Jatuh dari Kantong
Pernah nggak, handphone jatuh terus beberapa menit kemudian kita sadar, pas ditelusuri sudah nggak ada? 😢
Saya pernah mengalami hal tersebut tapi sudah lama banget, waktu itu saya bawa motor, handphone ditaruh di kantong jaket.
Terus di tengah jalan ada yang nelpon, saya nepi dulu untuk angkat telpon. Begitu selesai ya saya lanjut jalan. Tapi beberapa menit dari terakhir saya masukin hp ke kantong, saya ngeraba kantong kok kosong.
"Deg"
Ini sudah pasti jatuh, dan saya buru-buru putar balik dan menelusuri jalan yang saya lewati dari terakhir tadi terima telpon. Bolak balik, tapi nggak ketemu. Padahal jalanan cukup sepi.
Ternyata memang handphone saya itu diambil orang, tapi baru dua hari kemudian orang tersebut aktifin hp saya. Setelah nego-nego pakai sedikit ancaman dari papa saya, baru orangnya bersedia balikin, itupun setelah dijanjiin sejumlah uang 😩.
Ada lagi kejadian sama suami saya, kurang lebih mirip kronologisnya hp ditaruh di kantong, nggak lama kemudian sadar, pas putar balik udah nggak ketemu. Bedanya, hpnya dinonaktifkan dan nggak pernah balik sampai sekarang.
Nah, makanya sejak kejadian itu saya lebih berhati-hati. Kalau lagi bawa kendaraan, mending hp ditaruh di tas. Biarin deh ada telpon, nanti aja diangkatnya.
Apa yang Masih Menjadi Hak Kita, Nggak Akan Kemana-Mana.
Fast forward, kejadian lagi hal yang mirip di tahun 2025 tepatnya bulan Ramadan ini.
Jadi saya pergi ke pasar, naik mobil sama suami, dan dia nunggu aja di mobil. Itu saya belanja cukup lama, nah pas mau selesai belanja, saya sadar handphone saya kok nggak ada. Tapi pikiran saya waktu itu, pasti ketinggalan di mobil, jadi yaudah santai aja, masih lanjutin belanja.
Pas saya selesai dan mau balik ke mobil, syok banget pas saya lihat handphone saya tergeletak di aspal, di parkiran persis sebelah pintu mobil saya keluar tadi 😱.
Berarti hp saya udah jatuh dari awal saya keluar mobil, dan tergeletak gitu aja sampai saya selesai belanja. Alhamdulillah masih ada disitu. Karena memang saya belanja cukup lama, parkiran sepi (tapi tetap banyak yang lalu lalang kan di pasar).
Apalagi casing hp saya tuh warna ungu gonjreng, jadi pasti kontras banget di atas aspal. Tapi syukurnya masih rezeki. Nangis banget kalau sampai diambil orang, karena mikirin data-datanya, kerjaan, m-banking, dan belum ada budget kalau harus segera beli baru ðŸ˜.
Syukurnya lagi, hp saya nggak ada rusak sedikitpun. Cuma agak panas aja karena kejemur di bawah matahari, kan. Tapi selebihnya nggak ada pecah atau lecet layarnya, LCDnya juga aman, pokoknya nggak kenapa-kenapa.
Mungkin ini yang namanya masih rezeki ya, kalau masih jadi hak kita nggak akan kemana, sekalipun sempat lepas dari genggaman.
Bisa jadi juga karena bulan Ramadan, ada yang lihat pun nggak berani ambil, intinya apapun itu saya masih bersyukur masih dilindungi dan jadi pelajaran untuk lebih hati-hati.
Barang yang Kita Temukan Bukan Berarti Jadi Hak Milik
Bagi orang yang kehilangan, pelajarannya harus lebih berhati-hati. Tapi bagi orang yang menemukan barang, terutama barang berharga, bukan berarti menjadi hak milik.
Karena saya pernah lihat di media sosial ada orang yang menemukan hp, pas ditelpon sama pemilik dia nggak mau balikin karena punya prinsip kalau nemu barang di jalan artinya jadi milik dia 😢.
Padahal kan nggak gitu ya konsepnya, nggak ada orang normal yang dengan sengaja buang hpnya di jalan. Sudah pasti itu karena nggak sengaja jatuh.
Yuk jadi orang baik, kembalikan kepada yang punya. Apalagi kalau hp, sudah pasti pemilik bakalan menghubungi hp tersebut, kita tinggal janjian ketemu, kembalikan, selesai. Kalau malas ribet, kasih aja ke petugas keamanan terdekat dimana kita ketemu barang tersebut.
Jangan pula mengharapkan imbalan, baru mau mengembalikan. Jadi orang baik nggak akan pernah rugi, suatu hari kita mengalami kemalangan, kebaikan itu pasti berbalik kepada kita dengan cara apapun.
Yah, semoga makin banyak yang sadar dan mau melakukan hal sesederhana ini.
Bukan Tong Sampah
Saya paham sekali setiap orang yang sedang punya masalah, atau unek-unek dihatinya, butuh tempat untuk bercerita. Meluapkan banyak hal yang berkecamuk di dalam pikiran dan hatinya.
Memang bercerita dengan orang yang dipercaya nggak bisa menyelesaikan masalah 100%, tapi pasti bisa mengurangi sedikit beban yang menyesakkan dada.
Hal yang Sulit Dimengerti
Kalau ada pasangan yang memutuskan menikah karena saling mencintai atau punya tujuan yang sama dalam membina rumah tangga, saya bisa mengerti.
Kalau kemudian ditengah perjalanan pernikahan, mereka menemukan banyak ketidakcocokan, perbedaan prinsip, perlakuan toxic satu sama lain, lalu memutuskan berpisah secara sah dimata agama dan hukum, saya bisa mengerti.
Hidup Enak yang Kita Lihat Dari Orang Lain
"Dia cakep, dapat pasangan yang cakep dan mapan juga, punya anak sepasang cewek dan cowok, di postingannya sering liburan ke tempat-tempat bagus, keluarganya harmonis. Duh, enak ya hidupnya."
Kita pasti pernah mendengar ungkapan di atas baik dari orang di sekitar kita, atau bahkan dari kita sendiri yang mengomentari hidup enak yang kita lihat dari orang lain.
Memulai 2023 Tanpa Resolusi
Haloooo, gimana awal 2023nya? Apakah malam tahun baru diisi dengan kumpul-kumpul di rumah sambil bakar kenangan masa lalu daging/jagung? Atau ke tempat wisata untuk menikmati pergantian tahun dengan melihat semarak kembang api?
Melewatkan Malam Tahun Baru dengan Biasa
Kalau saya malam tahun baru diisi dengan di rumah aja. Rebahan, nonton, makan, main sama anak, terus jam 10 malam kami tidur. Santai banget kayak nggak ada bedanya sama hari-hari lainnya.
Nggak ada yang istimewa karena tanggal 31 Desember 2022 saya dan suami juga masih kerja. Anak saya juga belum ngerti soal tahun baru ini.
Besoknya memang kami pergi makan dan main ke taman. Tapi ini juga biasa aja sih dilakukan kalau lagi libur.
Alias nothing special 😆.
Saya memilih untuk santai aja melewatkan 2022 dan memasuki 2023. Apa mungkin karena tahun ini saya akan memasuki umur kepala tiga? Jadi lebih slow dan nggak menggebu-gebu.
Memulai 2023 Tanpa Resolusi
Padahal tahun lalu saya masih semangat banget sampai sengaja menjadwalkan staycation di hotel. Lalu bikin resolusi panjang di buku catatan saya.
Alhamdulillah banyak yang kesampaian, ada juga yang nggak.
Tapi tahun ini saya malas bikin resolusi. Soalnya sering kecewa sama ekspetasi diri sendiri.
Semakin bertambah umur saya berusaha semakin mengenali diri sendiri. Saya tahu bahwa saya termasuk orang yang berambisi.
Ibaratnya kalau saya mau sesuatu, saya harus dapat. Kalau nggak, saya akan kecewa banget sama diri sendiri, marah dan menyalahkan keadaan.
Itu rasanya capek banget, menguras energi, mengaduk-aduk emosi.
Padahal nggak ada kok yang menekan saya harus begini dan begitu. Tapi saya terlalu keras sama diri sendiri harus bisa mencapai ini dan itu.
Kemudian saya berusaha instropeksi. Apakah segala resolusi dan pencapaian itu memang benar-benar saya inginkan? Atau hanya ingin dapat pengakuan?
Memang sifat alami manusia butuh validasi apalagi kalau itu datang dari orang yang kredibel di bidangnya, atau orang-orang yang memang mau kita buktikan bahwa kita bisa.
Tapi kok kalau pun sudah tercapai rasanya nggak benar-benar puas dan happy ya?
Karena omongan orang nggak ada habisnya.
Contoh kita punya resolusi nurunin bb, hanya karena ada yang bilang kita gendutan.
Kalau berhasil ada yang muji bilang cantik kalau kurusan, tapi ada yang bilang nggak bagus karena kesannya kayak nggak dikasih makan.
![]() |
| pas nulis ini, pas ketemu quote ini. |
Lagipula saya kemudian menyadari bahwa pergantian tahun itu cuma momentum pengingat bahwa waktu terus berjalan maju.
Karena kalau mau punya resolusi kenapa harus nunggu tahun berganti?
Kalau mau jadi lebih baik, lakukan ketika niat itu tercetus, nggak harus nunggu malam saat kembang api besar meletus.
So yeah, tahun ini memang pengen lebih santai sama diri sendiri. Nggak perlu bikin resolusi biar nggak ada ekspetasi tinggi sama diri sendiri.
Let it flow, and make it easy.
Saya yakin pandangan tentang awal tahun akan berbeda bagi tiap orang karena faktor yang mempengaruhinya juga berbeda.
Kalau ada yang berambisi dan menggebu-gebu dengan daftar resolusinya tahun ini, ya nggak apa-apa. it's your choice.
Asalkan yakin bahwa apapun pencapaianmu, itu untuk diri kamu sendiri.
Kalau diberi umur panjang, mari kita lihat seseru apakah tahun 2023 😊














.jpeg)
