√ Uang Tidak Bisa Membeli Kebahagiaan Tetapi Bisa Membeli Pilihan - Duduk Paling Depan

Uang Tidak Bisa Membeli Kebahagiaan Tetapi Bisa Membeli Pilihan

Uang Tidak Bisa Membeli Kebahagiaan Tetapi Bisa Membeli Pilihan


Dulu saya nggak setuju sama ungkapan yang cukup populer bahwa "uang tidak bisa membeli kebahagiaan". Menurut saya bisa, asal uangnya banyak. Kalau sedikit jangankan mau bahagia, mau senyum juga susah. 

Tapi semakin dewasa saya makin mengerti makna bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Artinya orang paling kaya sekalipun, yang nggak pernah ngerasain sampo tinggal dikit terus ditambahin air, tetap akan bisa bersedih, terluka, kecewa, bahkan depresi. 

Hanya saja, dengan uang mereka bisa membeli pilihan. 

Contohnya, kalau orang yang punya banyak uang dan dia sedang bersedih, dia bisa memilih mau menangis di kamar pribadi yang luas dengan spring bed King Koil, gorden tinggi yang harganya jutaan, dan AC dingin yang melebihi dinginnya sikap lelaki avoidant

Kalau nggak mau sedih di kamar, dia bisa memilih untuk bersedih di Bali. Checkout tiket pesawat, telpon bestie dan bayarin juga dia buat nemenin healing. Nggak mau di dalam negeri? Bersedihnya ke Eropa aja, atau minimal banget ke Singapore atau Bangkok. 



Versi syariahnya, kalau sedih dikit bisa telpon travel umroh untuk pesan paket perjalanan umroh dalam waktu terdekat dengan fasilitas terbaik. Langsung nangis dan ngadu sama Allah SWT depan Ka'bah.

Kalau sakitnya nggak main-main bahkan kena sakit mental dan fisik, orang yang punya uang akan memilih untuk berobat ke dokter spesialis, konsul ke psikolog, dan ikut yoga atau pilates sebagai bentuk penyaluran emosi dan terapi. 

Sebaliknya kalau orang yang nggak punya uang atau uangnya sedikit, nggak punya banyak pilihan.



Sedih? Nangis di kamar, dengan deru suara kipas cosmos yang ring bagian depannya udah copot. Itu juga nahan nangis di balik bantal, soalnya sekamar sama saudara, jadi takut ketahuan. 

Cara healing-nya? Beli makanan kesukaan kayak kue pancong lumer, atau mie gacoan. 

Apa itu konsul ke psikolog? Mahal. Curhat aja ke teman yang mungkin udah muak dengerin kita cerita lebih dari 27 kali dengan topik yang sama. 

Bisa juga repost video dengan kata-kata dan background musik yang mellow. Kalau nggak tahan juga, bikin story yapping di second account. Nggak lupa untuk hapus profil picture di Whatsapp, matiin last seen dan status online

Begitulah kira-kira contoh kecilnya. 

Orang punya banyak uang tetap bisa sedih karena dikhianati, bisnis yang merugi, kehilangan orang tercinta, kena penyakit yang cukup serius, dan lain sebagainya. Tapi dengan uang juga mereka punya banyak pilihan untuk menghilangkan atau meminimalisir rasa sedih tersebut. 

Sedangkan yang uangnya sedikit, maka pilihannya juga terbatas. Kadang kita tahu kok solusi dari permasalahan kita itu ada lebih dari satu. Kalau nggak A, B, atau bahkan Y. Tapi masalahnya, itu semua butuh uang, yang banyak.

Ironi ya?

Inilah hidup, banyak realita kehidupan yang kita nggak suka, tapi ia tetap ada. 

Hikmahnya, jangan malas cari uang karena memang uang bisa membeli banyak pilihan untuk segala kebutuhan dan masalah hidup. 

Tapi jangan jadi budak uang juga, karena pada akhirnya uang tetap nggak bisa membeli kebahagiaan yang hakiki. 


Lagipula kebahagiaan itu kan abstrak, indikatornya berbeda antara satu sama lain. 

Kalau punya lima terong sudah cukup untuk kamu, dan kamu merasa baik-baik saja dengan lima teroang yang kamu punya, kenapa harus mengorbankan banyak hal hanya untuk punya lebih banyak terong?

Kenapa terong, Ein?

Ya nggak apa-apa, asbun aja karena terong yang terlintas di pikiran.

Tapi paham kan ya maksudnya? 

Sebaliknya kalau ternyata terong yang kamu punya nggak pernah cukup, bahkan sampai menimbulkan banyak masalah, maka instropeksi dan berbenah untuk meraih lebih banyak terong. 

Pikirkan pilihan yang memungkinkan, apakah menanam terong sendiri, atau bekerja di kebun orang dengan upah terong, atau memilih menukar satu terong dengan buah lain yang jumlahnya lebih banyak?

Eh, terong sayur atau buah sih?

Sudahlah, biarkan dia mau jadi sayur atau buah, orangtuanya aja nggak ikut campur kok. 

Demikian tulisan ini dibuat ngikutin isi otak aja. Maklum lagi banyak pikiran. Kalau banyak uang sih, udah nggak nulis blog lagi.

Semoga bermanfaat, kalau nggak ada manfaatnya ya minimal kalian berhasil menyelesaikan bacaan yang (agak) panjang. Kan selama ini, chat pendek di Whatsapp aja jarang dibaca, kan?


Get notifications from this blog