√ Melawan Kecemasan Terhadap Wabah Covid-19 - Duduk Paling Depan

Melawan Kecemasan Terhadap Wabah Covid-19

Pic: Canva
Katanya kita nggak boleh panik tapi jangan pula abai dalam menghadapi wabah Covid-19 atau yang lebih sering disebut masyarakat dengan virus corona. Hal paling penting adalah perbanyak wawasan untuk mencegah virus tersebut makin menyebar luas. Salah satu yang harus kita lakukan adalah Social Distancing, seperti yang juga dianjurkan mbak Icha dalam blog parentingnya. 

Saya sendiri setuju banget dengan pernyataan tersebut dan menanamkan dalam pikiran saya untuk jangan panik, tapi jangan pula abai. Sayangnya pada prakteknya tetap saja saya mengalami kecemasan berlebih. Terutama saat di daerah saya sudah ada 1 kasus positif covid-19, serta belasan PDP dan ratusan ODP. 

Cemas dan Takut Karena Informasi dan Omongan Orang

Ingat banget sore itu saya lagi asik-asik olahraga di ruang tamu dengan modal video Youtube. Senang rasanya bisa bergerak dan berkeringat dengan lagu-lagu kesukaan. Eh kemudian suami saya nunjukin layar hpnya tentang berita bahwa pemerintah sudah resmi mengumumkan di Jambi ada 1 kasus positif Covid-19.

Saya langsung lemes banget rasanya, mood yang tadi ceria langsung down. Pikiran buruk langsung melayang kemana-mana. Bukan apa-apa, karena baik saya dan suami nggak bisa ikut #dirumahaja karena kami berdua nggak dapat #WFH. 

Bayangkan selama ini kami keluar rumah, sedangkan virus itu mungkin lewat atau mengikuti kami. Lalu kami pulang ke rumah bercengkrama dengan anak. Mikirin itu, asam lambung saya jadi naik. 

Sebelum ada berita itu saya sudah menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) sebisa mungkin. Diantaranya sering cuci tangan, terutama setelah beraktifitas di luar rumah serta mengganti baju. Bawa hand sanitizier kemana-kemana, dan nggak lupa untuk makan makanan yang bergizi. 

Tapi kalau saya menjaga sedangkan orang di sekitar nggak, sama aja bohong. Malah saya sempat sakit hati banget saat di kantor ada yang bilang lebay saat saya menyemprotkan antis setelah pegang mesin absen. Terus pas saya pakai masker ada yang ngetawain terus bilang "nih, corona datang".


Cemas, sedih, kesal, bercampur jadi satu. Padahal orang yang ngatain itu juga terpapar aneka informasi dari gadget yang dia pegang. Sayangnya mungkin masih menanggap bahwa dirinya terlalu kebal sehingga meremehkan orang lain yang takut akan virus tersebut. 

Belum lagi kalau saya buka medsos, itu berita bikin saya makin sakit kepala. Setiap hari makin banyak yang positif, ODP, PDP, dan yang meninggal juga bertambah, sedangkan angka yang  sembuh hanya sedikit. 

Karena kepikiran dan cemas, akhirnya saya kena flu (tahu-tahu meler tanpa demam). Bisa jadi karena saya down, akhirnya daya tahan tubuh lemah, dan orang kantor juga ada yang flu sebelum saya.

Untungnya suami saya berusaha menyemangati. Sekali pun dia juga takut dan cemas, tapi dia bilang kalau kita nggak saling menguatkan yang ada nanti malah sakit semua, siapa yang ngurus anak?  Nah kalau sudah bawa-bawa anak saya pun akhirnya sadar bahwa saya harus melawan kecemasan tersebut. 

Lagi pula saya yang over thinking ini mikir kalau saya kena virus terus sampai meninggal, kasian anak saya nanti gimana, belum lagi kalau suami nikah lagi  dan anak saya dapat ibu tiri yang galak. TIDAAAAAAK!! *inilah akibat kebanyakan nonton indosari*.

5 Cara Melawan Kecemasan Terhadap Wabah Covid-19

Saya yakin bukan cuma saya yang merasakan hal yang sama, untuk itu saya tulis di sini agar kita bisa melawan kecemasan terhadap Covid-19 dengan cara sebagai berikut :


1. Kurangi Konsumsi Medsos

"Matikan hp, istirahat sekarang!" Itu yang suami saya ucapkan ketika ngelihat saya semakin down. Awalnya saya memang mengandalkan medsos agar dapat informasi lebih cepat. Sayangnya ternyata saya terlalu banyak menyerap informasi yang mana bisa jadi benar atau salah karena di medsos siapa pun bisa posting apa pun.

Ada baiknya memang kita menjauhi medsos sejenak agar nggak terlalu banyak mengkonsumsi informasi yang justru bikin sakit kepala. Kalau memang ingin tahu perkembangan informasi virus Corona ini, cukup dari satu sumber misal TV, koran, atau satu website resmi pemerintah. 

2. Perbanyak Informasi dari Sumber yang Akurat

Selama ini saya hanya lihat berita di medsos dan portal online tentang jumlah pasien yang terus bertambah. Kemudian saya coba juga untuk nonton talkshow dokter yang menjelaskan tentang virus ini. 

Baru saya tahu bahwa yang positif Covid-19 nggak serta merta besoknya langsung meninggal. Bahkan kalau daya tahan tubuh bagus, dan disiplin kemungkinan sembuh lebih besar, hanya saja memang butuh waktu. Jujur informasi itu bikin saya lega dan optimis.

3. Hindari dan Abaikan Orang-Orang yang Bebal

Daripada sakit hati sendiri sama orang-orang yang akan bahaya Covid-19 dan malah ngetawain memang lebih baik sebisa mungkin dihindari dan diabaikan. Sembari dido'akan semoga dapat hidayah dan tersadar. Soalnya kalau dibilangin aja malah dia lebih ngeyel, berasa lebih pintar dari profesor, dokter, dan ulama.

4. Berusaha Melakukan Pencegahan Semaksimal Mungkin

Dibanding cemas dan sedih terus menerus, suami saya bilang lebih baik kita melakukan sesuatu yang lebih dari yang kemarin karena sekarang sudah ada yang positif di daerah kami. Akhirnya kami bikin cairan desinfektan, beli vitamin, nyetok sembako untuk seminggu biar nggak sering-sering keluar beli makan.

5. Tawakal Kepada Allah SWT

Setelah usaha, selebihnya ya tinggal beribadah dan berdo'a. Minta sama Dia yang Maha Pencipta untuk menjauhkan kami dari segala mara bahaya dan penyakit, serta menyembuhkan orang-orang yang sudah terlanjur kena. 

Apa lagi untuk saya dengan tuntutan pekerjaan yang nggak bisa Work From Home, maka ketika keluar rumah ya memasrahkan diri kepada Allah (tentu sambil terus berusaha dengan membawa masker dan hs).

Lagi pula saya ingin dimintakan rasa takut yang sama seperti ini apapun kondisinya. Jangan sampai hanya karena virus ini mewabah, saya jadi takut bikin dosa karena bisa sewaktu-waktu terkena dan ada kemungkinan meninggal. Sedangkan kalau wabah ini berakhir, nanti saya malah enteng dan menganggap nggak apa untuk berbuat dosa sesekali karena ajal masih jauh. Naudzubillah Min Dzalik. 

Mungkin memang kita semua sedang diuji ya, untuk bersabar, ikhlas, berusaha, dan bertawakal. Semoga kita semua bisa melewati semua ini. 

Ada teman-teman yang pernah mengalami kecemasan berlebih terhadap wabah Covid-19 dan bisa mengatasinya? Sharing di kolom komentar ya. 

Get notifications from this blog

14 comments

  1. Kak Enny.. orang yang bebal itu menganggap virus Corona ini cuma hal remeh. Saya sendiri khawatir karena daerah rumah ibu saya di Medan menjadi kasus pertama pasien positif covid 19 meninggal. Setelah satu Minggu sekarang ODP sudah melonjak di angka seribuan di Sumut. Gimana gak khawatir ya kan kak . Sedih .

    Semoga badai segera berlalu, aamiin

    ReplyDelete
  2. Ini sudah hari ke-12 kami mengantina diri di rumah. Anak sulung saya udah mulai bosan tingkat tinggi. Pandai-pandai orang tua menjelaskan dengan bahasa anak, Huhuhu. Semoga corona cepat minggat dari Indonesia ya mba.

    ReplyDelete
  3. Benar, Mak. Memang terkadang kita perlu mengerumuni diri kita sendiri dengan berita lain selain covid19. Kalau ngga bisa stress sendiri. Toh selama kita usahakan maksimal untuk benar-benar social distancing kita sudah di jalur yang benar. Semoga saja Tuhan melindungi kita selalu ya Mak

    ReplyDelete
  4. Nah benar kak dengan menyaring informasi jadi.mwmgurangi rasa cemas ya setuju saya

    ReplyDelete
  5. Sepakat sm suami mbak. Aku jugabgt. 4 hari di rs karena tipes demam naik turun, tensi jg sering down karena sering buka tutup medsos memantau perkembangan covid 19. Huhu
    Sedih rasanya. Emg ada baiknya batasi dlu bermedsos

    ReplyDelete
  6. Bener banget sih kak, main di medsos pasti bakal nemuin informasi informasi baru yang gak masuk akal.. Kadang saya risih dengan hal hal seperti itu, memberikan informasi yang dilebih lebihkan. Biasanya saya langsung unfollow saja, dan blokir akun tersebut agar tidak menyesatkan orang lagi..

    ReplyDelete
  7. Setuju banget jangan ngikutin orang bebal sebab yang menjaga diri kita adalah diri kita sendiri. Plus jangan panik

    ReplyDelete
  8. bener banget nih kadang kita gak sadar ya jadi lebih cemas dan panik, tapi sebenarnya itu yang gak boleh. harus tetap happy biar imun terjaga, banyak makan kalo saya biar tetap happy hehe.

    ReplyDelete
  9. Mematikan medsos terbukti mengurangi kecemasan kita hingga lebih dari 50%. Saya sendiri membuktikannya Kak, beberapa hari yang lalu saya sempat Down bahkan imun tubuh terasa sudah mulai menurun. Untung saya segera cepat sadar dan segera mengkonsumsi vitamin C sebanyak-banyaknya Alhamdulillah badan sekarang sudah mulai bugar lagi

    ReplyDelete
  10. Bicara covid 19 dan rasa cemas seperti sekeping mata uang yang memiliki dua sisi, mau tidak cemas, wong orang disekeling pada "sok kuat imun tubuhnya", jadi memang waspada itu sekiranya perlu namun jangan terlampau berlebihan, terima kasih untuk tips nomor 2, 4 dan 5, itu hebat bisa membuat kita berserah diri tetapi tetap waspada, terima kasih, artikelnya menarik.

    ReplyDelete
  11. Terima kasih tipsnya Mbak, saya sekarang sudah mulai mengurangi mengonsumsi info terkait Covid di medsos, apalagi WhatsApp, banyak hoax-nya soalnya. Kadang informasinya bukannya mencerahkan jadi tambah mencemaskan. Jadi mending lihat siaran berita aja gitu

    ReplyDelete
  12. terkadang rasa cemas itu berasal dari omongan orang yang akan terjadi beginilah begitulah tampa kebenaran yang jelas, kalo aku ketemu orang yang seperti itu selalu menghindar dari pada termakan omongan dia yang membuat kehawatiran akau semakin bertambah terhadap corona

    ReplyDelete
  13. Sejak awal kasus covid-19 ini, saya selalu menanamkan dalam diri, semua akan berakhir, banyak yang akan sembuh, semua akan baik-baik saja

    ReplyDelete
  14. Melihat perkembangannya banyak yang sembuh dari serangan covid 19 sih sepertinya kita tidak perlu terlalu cemas ya. Hanya perlu jaga kesehatan dan banyakin doa semoga penyakit ini segera berlalu dari bumi.

    ReplyDelete