√ Cerita Petugas Lapas : Sahabat Paling Setia - Duduk Paling Depan

Cerita Petugas Lapas : Sahabat Paling Setia



Siapa sih yang nggak senang kalau punya sahabat setia. Setia dalam artian selalu ada untuk kita di saat kita senang ataupun susah. Nggak mesti setiap hari ada sih tapi senggaknya, sahabatlah yang siap menjadi garda terdepan untuk membantu kita di saat sulit. Sahabat juga yang merayakan keberhasilan kita bahkan melebihi diri kita sendiri. 

Tapi gimana kalau orang-orang yang kita anggap sahabat itu ternyata palsu? selalu ada disaat kita happy aja. Giliran kita kesusahan, semuanya berubah menjadi ninja dengan jurus menghilang secepat bayangan. 


Sebagai petugas lapas terutama di bagian layanan kunjungan, saya memperhatikan setiap pengunjung yang datang. Rata-rata mereka adalah anggota keluarga dari warga binaan yang dikunjungi. Jarang banget saya lihat ada yang mengaku bahwa mereka adalah "teman" yang ingin melihat keadaan sahabatnya. 

Padahal bisa jadi sewaktu masih di luar, mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama orang-orang yang dianggap "sahabat" di bandingkan dengan keluarga. Ujung-ujungnya malah gara-gara "sahabat" juga masuk bui. Diajakin balap motor liar, sampai ketangkap polisi. Diajakin nyabu, kalau nggak mau dibilangin nggak setia kawan. Bahkan diajakin nyuri yang uangnya dipakai party bareng-bareng. 

Setiap hari selalu ada seorang ibu/ayah, seorang istri, seorang kakak/adik yang datang berkunjung ke lapas. Mereka bawakan makanan, pakaian, atau sekedar kata-kata untuk menghibur. 

Kemana coba yang dulu ngakunya teman baik? sahabat? CS? sohib? yang ada malahan nggak mau lagi temenan hanya karena status sekarang sebagai warga binaan lapas. Geng paling solid katanya? bubar..bubar!!

Selain kasus kriminal saya juga sering mengamati mereka yang tersandung kasus tipikor. Ada yang mantan kepala dinas, ada mantan anggota DPR. Dulu waktu mereka masih menjabat saya yakin banget, ada banyak orang yang berusaha mencium tangan mereka. Menyapa untuk berusaha akrab agar mendapatkan banyak kemudahan. Mengaku-mengaku saudara sampai kerabat dekat. Apa-apa dilayani, kemana-mana dihormati, butuh sesuatu tinggal nyuruh. 

Tapi setelah tersandung kasus, dan harus menjalani masa pidana di lapas maka satu persatu pun pergi. 

Berkunjung ke Lapas?

"Ah, ngapain nggak ada kepentingan lagi sama yang bersangkutan."

"Bolehlah datang berkunjung, tapi sekali aja."'

Kejadian nyata lainnya, saya punya teman yang suaminya adalah seorang kepala dinas yang tersandung kasus korupsi. Otomatis, jabatannya harus digantikan oleh orang lain. Saat saya jadi MC untuk acara penyambutan kepala yang baru, teman saya ini juga hadir karena dia juga kerja di tempat yang sama. Bedanya, kali ini dia duduk di kursi tamu biasa, bukan kursi VIP sewaktu suaminya dulu dilantik. Dulu, dia duduk bersama ibu-ibu pejabat lainnya, ditegur sapa dan disalami. 

Karena saya posisinya  MC, saya bisa lihat bagaimana tamu-tamu VIP cuek saja terhadap teman saya tersebut. Padahal masih ingat banget kalau acara pelantikan suaminya dulu, orang-orang yang sama sibuk menyapa dan menyalami. 

Akhirnya setelah acara selesai, teman saya keluar ruangan dan pergi ke tempat sepi untuk menangis. Sempat dia bilang, kerasa banget perbedaan perlakuan orang-orang yang dia dapatkan dulu dan sekarang. 


See? 

Pada akhirnya nggak ada yang sahabat paling setia dibandingkan keluarga. Cuma keluarga yang menerima kita apa adanya. Cuma keluarga yang nggak akan meninggalkan anggota keluarganya disaat terpuruk sekalipun. 

Intinya sih bukan kita nggak boleh menjadikan orang lain sebagai sahabat, tapi jangan sampai keluarga sendiri kita anggap orang lain. 

Saya pernah di masa terlalu sibuk sama teman-teman, saya anggap mereka tuh lebih asik daripada orang tua yang dikit-dikit melarang. Cuma pas saya lagi down, orang tua lah yang ada untuk menyemangati, membantu menyelesaikan masalah saya. Saya juga sering banget berantem sama kakak, tapi ketika saya butuhkan dia selalu ada. Kebalik sama teman-teman yang mungkin saya nggak pernah berantem sama mereka tapi pas dibutuhin nggak ada, hehe.

Meski begitu saya masih punya beberapa teman yang saya anggap sahabat, but family is everything.

Nggak ada orang yang sempurna termasuk keluarga kita, tapi yakin lah keluarga kita yang nggak sempurna itulah yang akan bantuin kita disaat terpuruk. 

Kalau kalian sendiri, pernah nggak punya cerita atau kejadian dimana kalian nyadar bahwa keluarga adalah sahabat paling setia? Bagi kisahnya di kolom komentar ya 🙂. 




Get notifications from this blog

16 comments

  1. Benar yang selalu dikatakan tunggulah saat kita dilanda susah maka akan terlihat siapa yang menjadi sahabat, sedih juga ya ada diposisi teman mba yang suaminya korup

    tapi jujur aku lebih dekat dengan teman dibanding keluarga hehehe...terlebih stelah ibu ga ada dan ayah kembali lagi menikah rasanya aku ga punya sapa2 saat down selain sahabat2ku dulu :) tapi skrg terasa oleh ayah saya sejauh apa dy melangkah akhirnya kembali pulang ke anak kandungnya :) *lah malah curhat :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. gpp bun, curhat didengar dengan senang hati hehe. Alhamdulillah kalau sekarang hubungan dengan ayah membaik ya :)

      Delete
  2. Sedih baca ceritanya :( itu yang menjauh gak nyalamin lagi pasti temenan juga karena dia pejabat, gak tulus. Better to stay away from that kind of "friends"

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya begitulah mba, kalau masih menjabat katanya banyak orang berteman karena kepentingan bukan ketulusan.

      Delete
  3. Bener banget mba Enny. Keluarga adalah sahabat paling setia. Setia menemani dalam suka maupun duka. Tidak menjadi ninja yang menghilang secepat kilat saat kita dalam keadaan susah.

    Btw, selalu suka sama gambar-gambarnya. Mba Enny buat sendiri kan? Ajarin dong....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak mba, saya order ke orang yang jago gambar hehe.

      Delete
  4. Sedih banget sih mbak. Akupun sama pernah ngalamin mirip begini. Kadang temen banyak klo kita senang tapi saat kita sedih atau LG banyak masalah, satu-satu pergi. Yang bertahanlah yang teman sejati

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba, kalau prinsip saya mending punya sahabat sedikit tapi setia daripada banyak temen tapi fake semua hihi

      Delete
  5. waduh saya jadi iba melihat ibu yang menangis itu....... saya jadi ingin mengatakan " Bu, semua ini adalah cobaan dan iklash adalah trik kita untuk keluar dari beban sosial seperti itu dan Allah SWT tak pernah meninggalkan Hamba2nya baik saat sedang berstatus sosial tinggi atau pun sebaliknya ".

    " Bu tersenyumlah lebar, itu adalah Petunjuk, bahwa semua yang ada didunia ini tak ada yang abadi, yang abadi itu adalah amal soleh perbuatan baik kita "



    ReplyDelete
  6. Sedih banget yang cerita temannya Mba itu ):

    Di waktu susah atau sedih, biasanya memang baru ketahuan siapa sahabat yang sebenarnya. Makin ke sini, jumlah sahabatku bisa dihitung pake lima jari tangan aja. Bukannya berarti yang dulu2 jahat, tapi ya keliatan aja mana yang masih setia sampai hari ini. Mudah2an aku pun sebagai sahabat bisa menjadi salah satu yang setia juga *aminnn*

    Terima kasih, Mba Enny sharing-nya (:

    ReplyDelete
  7. Uwaaaa... Aku gak nyangka kalo kejadiannya ada beneran, dan bikin pilu. Ya minimal disapa lah yaa, ngobrol2 tanya keadaannya, barangkali lagi butuh. Ah, ibu2 pejabat

    Btw, tanya. Memangnya boleh ya teman menjenguk ke lapas? Aku kira hanya keluarga. Kalaupun ada teman yg jenguk ke lapas, biasanya ngakunya keluarga siih

    ReplyDelete
  8. Yup itulah jabatan dan sahabat, semuanya hanya sementara dan semu bagai bayang-bayang. Kalo keluarga akan selalu abadi menemani sampai kapan pun, apalagi orang tua, pengorbannya sudah gak diragukan lagi dan selalu ada, baik susah maupun senang....

    ReplyDelete
  9. Kebetulan orang tua ku di KEMENKUMHAM, dulu sempat ikut beliau kunjungan ke Lapas, kadang kasian liat orang orang yang ada di Lapas, jadi kesepian, malah ada yang ditolak sama keluarga dan sahabat-sahabatnya dulu. Memang petugas jaga lah yang jadi sahabat baru mereka.

    ReplyDelete
  10. Pernah.. Pas menikah..

    Waktu mau menikah, saya mau undang banyak sahabat, tapi kuota undangannya nggak cukup. Saya terpaksa bikin daftar seleksi dengan penuh rasa bersalah.

    Ternyata pas hari H, teman-teman pada pulang setelah makan. Sementara keluarga masih aja tinggal. Bukan, bukan karena mereka mau ambil bunga sisa dekorasi, atau mau ambil sisa konsumsi. Tapi yaa itu, semata-mata karena mereka itu keluarga.

    Keluarga yang tetap tinggal ketika kita kena musibah, jatuh sakit, melahirkan, meninggal.
    Tapi teman? Melayat jenazah kita pun belum tentu.

    ReplyDelete

Jalan-jalan ke rumah caca, mampir sebentar beli kedondong, jangan cuma dibaca, kasih komentar juga dong.