“untuk sukses pada suatu bidang kamu nggak perlu berbakat, kamu hanya perlu berminat dan berlatih.” –El, 22th, menunggu diajak ke KUA-
Mantap banget kan quotes di atas? *udah iyain aja*
Sering nggak kita kagum sama seseorang di bidang tertentu
dan kita merasa dia sukses karena memang dia terlahir berbakat di bidang
tersebut? Dulu saya pun berpikir begitu, misalnya penyanyi terkenal itu pasti
karena dia terlahir dengan talenta suara yang merdu. Pembaca berita, pembawa acara, penyiar radio, mereka pasti terlahir dengan bakat public speaking yang
keren. Pebisnis sukses pasti karena dia
terlahir dengan bakat dangang sampai-sampai pas lahiran dari dalam perut dia
udah bawa-bawa kalkulator *ngaco*.
Everyone has their own
life goals..
![]() |
image source : here |
Saya pernah ikut seminar motivasi dimana disitu kita semua
dimotivasi untuk menuliskan apa life
goals kita. Semacam mimpi-mimpi dan target-target yang ingin kita wujudkan
dalam hidup. Hal ini akan memacu kita untuk lebih semangat melakukan ikhitiar
yang membuat kita semakin dekat dengan life
goals kita.
Assalamualaikum...
yang cantik yang ganteng.
Iya
kamu.. kamu yang ganteng.
Bukan..bukan
kamu.. itu coba geser dikit, nah itu.. yang di sebelah kamu.
Nggak
ada siapa-siapa di sebelah kamu? Kan makhluk itu bukan Cuma yang bisa dilihat
tapi ada juga yang nggak bisa dilihat dengan kasat mata, xixixixi.
Lho kok
jadi horor?
Kalau sudah ngomongin sosok ibu
rasa-rasanya kita perlu tisu untuk jaga-jaga kalau ada air jatuh dari mata.
Hari ini mamaku ulang tahun yang ke-51 sekaligus ulang tahun pernikahan yang
ke-29 tahun. Karena umur aku sekarang 22 tahun, maka yang aku tulis adalah
memori kilas balik selama 22 tahun menjadi anak beliau.
Waktu kecil aku nggak masuk TK,
mungkin orangtuaku punya alasan tersendiri kenapa nggak memasukan aku ke TK.
Tapi meskipun nggak mengecap pendidikan TK tapi aku merasa masa kecil aku
menyenangkan. Aku ingat mama yang sambil memasak mengajarkan aku lagu “tukang
becak” lengkap dengan gerakannya, dan lagu anak-anak lainnya. Aku ingat mama
mengajarkanku berhitung dengan jari-jarinya sambil berbaring di kasur sebelum
kami tidur. Aku ingat mama juga mengajarkanku huruf-huruf dari iklan-iklan di
majalah atau spanduk-spanduk yang kami lihat sepanjang jalan. Aku ingat tentang
mama yang memangku aku yang ketiduran di angkot lengkap dengan iler berceceran
di pangkuannya. Aku ingat tentang mama yang mengomel namun setelah itu dia pula
yang membujukku untuk makan. Aku ingat tentang mama yang marah kalau aku bolos
madrasah (karena pendidikan agama itu sangat penting). Aku juga selalu suka
masakan mama meskipun di luar sana banyak restoran yang enak, tapi masakan mama
tetap yang terbaik karena aku merasakan cinta di setiap suapannya.