Sewaktu saya menyebarkan undangan
tersebut kepada kerabat dan teman-teman, sebagian mereka kaget karena tiba-tiba
saya akan menikah. Walaupun yang mereka tidak tahu saya sudah dilamar dari
akhir Januari 2016. Hanya saja memang saya dan calon suami tidak mempublish
kabar tersebut di sosmed dan hanya bercerita kepada keluarga dan beberapa
orang-orang terdekat. Mungkin mereka kaget karena tahunya selama ini saya
jarang terlihat punya hubungan khusus dengan seorang pria, apalagi saya pernah
menyabet gelar duta jomblo tingkat kecamatan.
Lantas banyak yang bertanya
bagaimana saya bisa ketemu calon suami dan memutuskan untuk menikah. Makanya
saya putuskan untuk menulis di blog ini sekalian sebagai pengabadian kenangan
saya menemukan teman hidup.
Begini ceritanya... *duduk paling
depan* *siapin cemilan* *siapin bantal*
Bagi teman-teman yang sudah mengenal
saya sejak dulu mungkin tahu bahwa saya pernah jadi remaja alay. Seperti kata
Radityadika bahwa alay adalah proses pendewasaan, mungkin memang saya harus
melewati fase tersebut dahulu sebelum akhirnya sampai seperti sekarang.
Dulu saya kalau punya pacar pasti
umbar kemesraan (jangan ditiru) di sosmed. Tiap ngedate wajib hukumnya upload
foto di semua akun biar semua orang tahu “I
was happy with my boyfriend”. Teman-teman sekitar mungkin risih juga kali
ya kemana-mana lihat saya dan pacar waktu itu udah kayak cicak dan buntutnya
alias tiada ingin berpisah dengannya walau sedetik saja *ember mana embeeer?
Hoeeek*.
Sampai akhirnya saya kena
batunya, pacar yang saya anggap akan jadi pendamping selamanya malah putus ditengah
jalan karena memang sebenarnya masing-masing kami tidak siap menikah cuma
dibutakan yang katanya “cinta” padahal nafsu semata makanya berkilah dengan
pacaran. Sempet down banget karena cowok, sempet juga ngerasa males banget
berhubungan lagi sama cowok dan ngerasa type cowok dua : 1. Tukang bikin sakit hati 2. Tukang PHP
(yang setuju mana suaranyaaaaaah?)
Kapok pacaran padahal sudah
pernah dikasihtahu bahwa pacaran itu dosa, ganggu konsentrasi kita di sekolah
atau kantor, dan menghambat masa muda kita untuk melakukan kegiatan positif. Tapi
karena takut dibilang nggak gaul dan lingkungan pertemananpun pada punya pacar,
makanya dulu ikut-ikutan cari gebetan sana sini biar bisa punya pacar
(astagfirullah...)
Untungnya Allah ngasih
petunjukNya, saya sadar mungkin saya selama ini sudah menjauh dari agama.
Karena sejak SMA saya sudah tinggal beda kabupaten dengan orang tua, dan kakak
saya sudah bekerja dan ikut suaminya. Jadi saya merasa merdeka tidak ada yang
mengawasi secara langsung dan akhirnya malah ikut-ikutan trend pacaran yang
merugikan itu. Tapi saya punya prinsip, ketika kita bangun di pagi hari dan
masih diberi Allah nafas maka kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki
diri.
Saya mulai membenahi diri sendiri
terutama yang berkaitan dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dulu saya
pakai jilbab portable alias lepas pasang. Saya mulai coba istiqomah nggak
dilepas-lepas kecuali di rumah dengan keluarga. Jilbab yang dulu pendek, masih
pakai jeans, pelan-pelan saya ganti pakai rok atau gamis dengan jilbab menutup
dada. Banyak orang sekeliling yang memakai hijab syar’i pun membuat saya juga
lebih pede mencoba dan ternyata ketagihan memakainya. Sholat yang dulu kayak
kue donat alias bolong-bolong, saya coba latih menjadi full lima waktu. Saya
juga mulai aktif lagi ikut komunitas nggak hanya komunitas sosial tapi juga
komunitas apa saja sesuai minat saya. Sangking pengennya aktif lagi saya sampai
ikutan komunitas fotografi hape, komunitas puisi, ikut lomba lomba walaupun
banyak kalahnya daripada menangnya, tiap teman bikin event nawarin jadi mc atau
jadi panitia. Apapunlah pokoknya untuk mengisi waktu libur kerja, walaupun
habis itu bisa demam kalau dipaksa kegiatan seminggu nonstop siang malam *daku
hanyalah wanita lemaaah*.
Cara itu berhasil bikin saya jadi
ceria lagi tanpa harus sibuk mikirin cowok. Saya nggak khawatir nggak punya
pacar karena lingkungan saya sudah berubah dari yang kalau nongkrong ngomongin
gebetan sekarang kalau nongkrong ngomongin mau bikin project apa selanjutnya.
Saya merasa lebih baik karena bisa menghabiskan masa muda dengan kegiatan
positif dibanding harus galau-galau mikirin cowok.
Nah dimasa-masa ini saya sudah
nggak mikirin pacaran tapi nggak mikirin mau segera nikah juga. Menikmati saja
setiap aktifitas dalam hidup. Sampai mama suka nanya-nanya kapan ada rencana
mau nikah karena saya sudah 20an, dan sudah bekerja juga. Lama-lama kepikiran
juga sih apalagi memang saya sebenarnya agak kesulitan sendiri. Karena jauh
dari keluarga saya kerepotan kalau lagi sakit nggak ada yang ngurusin atau lagi
kelaparan tengah malam tapi takut keluar rumah beli makan *iyeee kagak bisa
masak gue*.
Ada beberapa cowok yang dekatin
kalau gaya ngedekatinnya masih kayak cowok pdkt nyari pacar, nggak saya
tanggapin. Tapi kalau ada yang dilihat gayanya serius langsung saya todong “mau
nggak kita saling kenal tapi nggak pakai pacaran, nggak bawa perasaan, kalau
cocok kita langsung nikah”. Jawabannya? Ditolak karena masih mau fokus
sama kehidupan pribadi. Padahal dari segi umur, latar belakang pendidikan dan
keluarga saya menilai sudah cocok untuk dijadikan suami. Sakit hati? Nggaklah.
Saya merasa ini bagian dari proses saya menemukan teman hidup. Saya yakin kalau
selama ini Allah mengabulkan apa saja yang saya minta dan bahkan memberikan
lebih dari ekspetasi saya maka soal jodohpun pasti Allah berikan asal saya
minta sungguh-sungguh dan berikhtiar memperbaiki diri.
Bahkan disaat ulang tahun yang
lalu, umur saya 22 tahun. Sahabat-sahabat saya bertanya apa keinginan terbesar
saya di umur 22. Saya menjawab saya ingin menikah, tahun 2016 sebelum bulan
puasa tepatnya bulan april. Sahabat-sahabat saya tertawa karena kesannya saya
niat banget pengen nikah padahal waktu itu nggak ada dekat dengan siapa-siapa.
Saya juga ikut tertawa yang penting kan ada keinginan ditambah usaha dan doa.
Hingga suatu hari saya pindah
divisi pekerjaan dan mengharuskan saya ikut pendidikan dan pelatihan (diklat).
Di diklat ini saya bertemu banyak senior dari berbagai UPT
(lapas/rutan/rupbasan) di provinsi Jambi salah satunya dari Lapas Tebo.
Kebetulan saya duduk di sebelah senior laki-laki. Sambil menunggu pemateri
datang. Saya coba basa-basi sambilan modus;
“dari Tebo yang bang?”
“iya, adek dari lp anak?”
“iya bang,hm..ngomong-ngomong udah berumah
tangga bang?”
“sudah, beberapa bulan lalu. Kalau adek?”
jiaaaah sampai disini modus gue gagal, ternyata
udah sold out cyyn.
“belum, di lapas Tebo banyak
bujangan nggak bang?” saya jawab seperti itu dicampur iseng doang.
“ada, ntar dikenalin ya”.
Begitulah percakapan saya dan
senior tersebut, saya kira ya itu hanya percakapan basa-basi menjelang menunggu
pemateri datang.
Tapi ternyata senior tersebut
beneran serius mau nyariin saya jodoh. Sepulang dari diklat, dia promosi
tentang saya ke beberapa bujangan di Lapas Tebo. Dia bilang saya kerja di LP Anak, dia perlihatkan blog saya, aktifitas saya di komunitas, dll. Hadeeh udah
kayak sales jualan panci. Saya ketawa-ketawa saja mendengar ceritanya yang
sudah mempromosikan saya tapi belum ada yang tertarik *ketawa miris*. Nggak
menyerah, senior tersebut sengaja minjam handphone salah satu kandidat bujangan
yang menurutnya cocok untuk saya dan memasukkan pin bbm saya di handphonenya.
Saya juga awalnya bingung ini siapa yang invite namanya “Agus”. Karena saya
juga ada teman lama yang namanya sama maka saya terima.
Beberapa bulan berlalu, saya nggak
pernah chatting dengan si “Agus” tersebut karena saya tidak punya kepentingan
apapun dan diapun jarang gonta ganti dp bbm dan status. Si seniorpun sepertinya
sudah lupa dengan misinya menyomblangkan saya. Sampai suatu hari saya nggak ada
kerjaan, saya scroll recent updates bbm dan saya lihat kontak dengan nama “Agus”
mengganti display picturenya dengan gambar meme lucu. Saya komen dpnya, dan
sekalian tanya kabar.
“hihi, ada-ada aja dpnya. Btw apa kabar om Agus? Dah lama ya nggak
ketemu. Dimana sekarang?” ‘om’ adalah panggilan saya untuk si agus yang
saya kira teman lama saya.
“hehe makasih. Baik, sekarang di Tebo.” Balasnya.
Haaa? Tebo? Tunggu..tunggu. Agus
yang saya anggap teman lama itu orang Jambi kenapa bisa ada di Tebo. Apa sudah
pindah kerjaan? Apa jangan-jangan ini senior di lapas?
Saya mencoba menyambungkan
ingatan, kalau nggak salah Agus juga menjadi salah satu kandidat nama yang
pernah ingin dicombaling sama saya. Haduuh mampus nih ntar dibilang sok akrab
banget. Akhirnya saya putuskan untuk bertanya.
“eh ini bukannya Agus temen saya ya yang kerja di Jambi?”
“bukan, ini Agus Lapas Tebo”
“ups maaf bang, ini Enny lapas Anak angkatan 2012. Saya kira tadi teman
saya. Maaf ya senior”
“iya dek nggak apa-apa”.
Fiuuuh saya lega dia nggak tersinggung dan
biarlah anggap aja sekalian kenalan *modus luuu!!*.
Tapi saya nggak berani melanjutkan
percakapan jadilah kemudian kami tetap jadi teman bbm tanpa pernah menyapa.
Hingga suatu hari ada kejadian pelarian dan kerusuhan di Lapas Tebo. Saya pun
mencoba bertanya keadaan disana dengan mengirimkan pesan bbm ke teman-teman
saya yang bekerja disana tapi saya tunggu nggak ada balasan. Sayapun terpikir
untuk bertanya juga kepada senior yang bernama “Agus” yang pernah salah kirim
bbm waktu itu. Modal sok akrab sayapun memberanikan diri mengirimkan pesan bbm
ke dia dan ternyata dibalas.
Berawal dari menanyakan keadaan
di lapas Tebo, chatting pun berlanjut
ngomongin pekerjaan, sampai kehidupan pribadi. Beberapa hari kami sering
chatting walaupun dengan alasan yang sengaja dicari biar ada bahan obrolan.
Sampai kami berbicara tentang kriteria pasangan masing-masing. Disitu saya
langsung todong dia “mas, mau nggak kenal
saya lebih dekat dengan tujuan menikah? Nggak usah pakai pacaran, nggak usah
bawa perasaan. Kalau nggak cocok kita berteman baik sebagai junior dan senior, kalau
cocok kita lanjut menikah.” Saya deg-deg-an juga sih kirim pesan seperti
itu, padahal baru intens chatting beberapa hari, belum pernah ketemu langsung,
hanya pernah dengar tentang dia dari senior yang waktu itu niat menyomblangkan
kami.
Dan dia jawab “iya, mau. Mas juga lagi cari calon istri
kok nggak mau pacaran juga”.
HOREEEEE, ketiga kalinya saya
mengajukan pertanyaan seperti itu kepada laki-laki akhirnya ada yang mau juga
*girang*. Eh tunggu, dia kan belum ketemu saya. Kalau ternyata sudah ketemu dia
kecewa gimana? Emang sih dia sudah lihat foto saya di dp bbm. Tapi dia kan
nggak tahu kalau saya jago photoshop dan kalau selfie pakek filter segambreng
biar mulus. Hm... ya sudahlah jalani aja dulu. Semoga standar fisik wanita yang
dia idamkan nggak kayak Syahrini atau Ashanti.
Setelah sepakat untuk saling
mengenal, pembicaraan kamipun sudah masuk tentang visi misi pernikahan, latar
belakang keluarga, kegiatan apa yang dilakukan ketika waktu senggang, bagaimana
dia menyikapi saya yang juga bekerja, pandangan tentang perekonomian dalam
keluarga, pokoknya baik saya dan dia bebas bertanya yang berkaitan dengan bekal
berumah tangga kalau memang jadi nantinya. Kita juga diskusi contoh kasus yang
umum terjadi di rumah tangga dan bagaimana pandangan saya dan dia dalam menyikapinya.
Lebih penting lagi apakah dia orang yang mau terus belajar tentang agama Islam
dan mengajarkannya kembali kepada saya dan apakah saya orang yang juga mau
belajar dan mau mengingatkannya dalam kebaikan.
Alhamdulillah nggak sampai
sebulan kita sudah merasa cocok dengan hal-hal yang dibahas tersebut. Meski ada
perbedaan tapi itu nggak mencolok dan kami merasa masih bisa diatasi dengan
kunci meredam ego satu sama lain. Sayapun minta dia untuk datang ke Jambi
bertemu saya dan orangtua. Sekalian dia meyakinkan diri dengan melihat fisik
saya. Saya bilang “siapa tahu lobang
hidung saya ada tiga apa kamu masih mau?”
Pertemuan pertama dia datang ke
rumah dan mama papapun menyambut dengan baik. Sayangnya pas dia datang di rumah
lagi mati lampu. Di dalam hati saya deg-deg-an juga, pertama kali ketemu tapi
dia melihat saya dalam keadaan remang-remang diterangi cahaya lilin. Gimana
kalau pas remang-remang dia lihat saya cantik pas lampu hidup dia malah syok?
Alhamdulillah, ditengah-tengah ngobrol lampu hidup dan dia nggak kaget sama
sekali, hihihi.
Malah setelah pertemuan pertama
dia tambah yakin, bulan berikutnya dia datang lagi ke Jambi untuk menyatakan
keseriusannya terhadap saya kepada mama papa. Mama papa memberikan restu, orang
tuanya yang ada di pulau Jawa pun memberikan restu meski hanya via telpon, maka
pada pertemuan di bulan berikutnya yaitu tanggal 31 januari 2016, dia datang
lagi bersama perwakilan keluarganya untuk melamar saya. Cihuuuy!!
Cukup dua kali pertemuan dan
ketiganya adalah lamaran. Saya senang Allah menjawab do’a-do’a saya dan orang
tua saya selama ini. Sampai saya cerita kepada seorang teman dan dia bilang “baru kenal udah lamaran? Yakin mau nikah?
Kan baru kenal. Kalau ternyata dia nggak baik gimana?” pertanyaan itu
sempat membuat saya diam beberapa saat dan kemudian menjawab,
“iya juga ya, ntar gimana kalau dia nggak seperti yang dikira? Heheh.
InsyaAllah saya merasa dia adalah jodoh yang Allah berikan karena cara yang
ditempuh baik dan dia pun berniat melamar bukan mengajak pacaran. Saya yakin
Allah memberikan apa yang kita mau dan kita butuhkan. Saya sudah berdoa jodoh
seperti apa yang saya mau. Kemudian Allah datangkan dia, kita ngobrolin visi
misi, dan ngerasa cocok. insyaAllah ini yang terbaik. Nikah kan ibadah yang
menyenangkan jadi nggak perlu ada yang dikhawatirkan. Memang dalam rumah tangga
pasti nggak akan berjalan mulus terus. Ada kerikilnya bahkan batu besar. Tapi
nggak cuma pernikahan, kita kerja ada suka duka, kita sekolah ada suka duka.
Nah karena segala sesuatu yang kita jalani ada suka dan dukanya maka saya sudah
siap dengan resiko tersebut dalam menjalankan rumah tangga nanti” teman
saya tersenyum dan kemudian mendoakan agar pernikahan kami berjalan dengan
lancar.
Alhamdulillah, 22 April 2016 akad
nikah dilaksanakan di rumah orang tua saya. See?
Doa saya terkabul untuk menikah di bulan April 2016. Doa saya dari kecil bahwa
saya berharap Allah memberikan keberkahan umur dan kesempatan agar ayah saya
yang menikahkan saya secara langsung pun terkabul. Sekali lagi, Alhamdulillah....
![]() |
photo by : instagram.com/flavianphoto |
24 April 2016 resepsi
dilaksanakan dan Alhamdulillah keluarga, kerabat orang tua, sahabat-sahabat
saya bahkan teman dari SD datang dan mengucapkan selamat. Banyak juga yang
minta didoakan agar cepat nyusul, hihii.
Semoga cerita saya ini bisa menginspirasi
teman-teman yang pengen cepat nyusul untuk berhenti pacaran dan lebih baik ‘menodong’
orang yang dianggap baik untuk diajak menikah. Hal itu bukan aib daripada kita
menerima diajak pacaran. Jangan lupa minta doa orang tua, mendekatkan diri
kepada Allah, minta yang terbaik pasti dikasih. Dulu saya berdoanya bukan minta
yang mapan, ganteng, sholeh, baik hati dan rajin menabung. Tapi saya minta
jodoh yang terbaik dari Allah, yang mama papa ridhoi dan saya senangi. Kan
kalau ortu ridho tapi kita nggak sreg ya nggak enak juga, atau sebaliknya kita
suka tapi orang tua nggak ridho ntar nggak jadi berkah pernikahannya. Allah
tahu kok apa yang kita butuhkan. Saya pernah
dengar ceramah, kata uztadnya begini cara menilai lelaki yang baik untuk
dijadikan calon suami : Apa dia selalu sholat lima waktu? Karena kalau perintah dari Allah berani
ditinggalin dengan sengaja ya apalagi kitanya nanti. Lihat juga kegiatan apa
yang dia lakukan di waktu luangnya? Kalau bukan kegiatan positif ya silahkan
dipikir-pikir lagi. Nggak usah mikirin fisik, atau sifat yang setia romantis
bla bla bla. Kalau dia berniat menikah karena ibadah, nanti bisa dipelajari
bersama bagaimana menyenangkan pasangan satu sama lain. Saya dan suami juga
masih harus banyak belajar kok.
Sekarang saya sudah menemukan
teman hidup. Saya bilang ke dia bahwa cinta bisa saja luntur, ada masanya
jenuh. Untuk itu kita harus memposisikan diri tidak hanya sebagai pasangan yang
saling mencintai tapi juga salng support. Jadi kegiatan apapun yang kita
lakukan bersama bukan terasa sebagai kewajiban suami istri tapi sebagai
kegiatan yang fun dan bikin kita happy.
Panjang juga ya ceritanya, bisa
kali dibikinin FTV *produser mana yang mau? :P*
Saya menulis bukan untuk pamer
bahwa saya sudah laku atau apalah, saya menulis karena memang saya suka menulis
dan saya punya quotes sendiri.
“kita akan melupakan kenangan, kecuali kenangan yang dituliskan”
Salam,
Enny Luthfiani
Yang sudah tidak jomblo lagi.
20 komentar
Alhamdulillah alhamdulillah :)
ReplyDeleteEiiinnnnnnnnn :')
Senengggg bacanyaaa.. inspiring. Thankyou sharing nya Ein. Semoga cepet dapet dedek lucu yaaaa biar makin rame.. miss you partner raditya lovers hahahhaa.
ReplyDeleteKereeenn bangeett eiin.. Masya Allah..
ReplyDeleteSemoga berkah yaa pernikahannya, bahagia selaluu.. Semoga aku juga bisa jadi perempuan yg sehebat kamu jaga kesuciannya :") makasih inspirasinyaaa
Baraka Allahu Lakuma wa Baraka alikuma
ReplyDeleteWa jamaah baina kuma fee khair.
Einnnn... Doakan yani menyusul ya.. Hihi.. Menginspirasi ceritanya...
ReplyDeleteTerimakasih sudah berbagi cerita..
Semoga menjadi keluarga yg samawa ya dear, dan cepat mendapatkan momongan :)
Selamat Enny! Happy wedding day ya. Kita nikah beda 11 hari anyway, saya 10 april 2016.
ReplyDeleteSalam kenal, saya Riska dari Jakarta, sudah cukup lama jadi silent reader blogmu tau saat aku blog walking. Hehe
Jujur ein...dr kmren saya nunggu2 tulisanny yg ini...berkesan bgt.....pokokny samara ya....
ReplyDeleteJujur ein...dr kmren saya nunggu2 tulisanny yg ini...berkesan bgt.....pokokny samara ya....
ReplyDeletebagus blog nya, kunjungi dan follow blog saya
ReplyDeleteandesrizki.blogspot.com
sama kaya kisahku dulu sebelum nikah, mendadak kata temen"kok ga heboh"an dulu tau"ngundang aja, dan itupun suamiku juga ga lama kita dekat aku todong serius nikah emang dia mau juga lanjutkannn dan sampailah kepernikahan hehe :D
ReplyDeletewww.leeviahan.com
Begitulah jodoh ya, sudah lama pacaran belum tentu di nikahi. Yang penting sekarang kalian bisa langgeng ya. Dan salam kenal juga :)
ReplyDeleteaaaak nge fans ngefanssssssss....yg terkhir ngejleb banget sih tapi bener : Apa dia selalu sholat lima waktu? Karena kalau perintah dari Allah berani ditinggalin dengan sengaja ya apalagi kitanya nanti. Lihat juga kegiatan apa yang dia lakukan di waktu luangnya? Kalau bukan kegiatan positif ya silahkan dipikir-pikir lagi...
ReplyDeleteeiiin samawa yah..cantiks sekali di pelaminan,,pengen banget datang tapi bisa apalah aku yg masih pendidikan...peluk hangat dari padang, dari yg masih jomblo, yg masih nungguin ironman nyaa HAHA
selamat ya ein, semoga sakina mawadaah dan rohmah.
ReplyDeletebtw someday bisa dibagi (ditulis) pengalaman nya tentang bagaimana ceritanya bisa membangun sebuah komunitas biar teman2 yg ingin membentuk sebuah komunitas (kaya aku) bisa mulai ikutan bergerak kaya kamu.hihi
Waaah ceritanya menginspirasi, paling kaget yang bagian 'nodong' tapi alhamdulillah yaa bener juga .. jlep akhirnya mah quotesnya
ReplyDeletelebih baik nodong daripada nerima pacaran..
Barakallah atas pernikahannya. Waah ikut terharu juga :') semoga samawa ya kaak. Doakan semoga saya istiqomah jaga hati sampai saat itu tiba. Doakan segera menyusul ya hehehe
ReplyDeleteSalam dari jatim :)
Salam kenal ya mba...
ReplyDeleteDuh, ngebaca cerita dari awal sampe nikah saya ketawa2 sendiri. Yang bolong2 kek kue donat lah, yang filter segambreng lah hahaha.
Alhamdulillah yaa, kalo niat baik pasti dilancarkanNya.
Barokallah untuk pernikahannya :)
Br baca blog y ein,keren....
ReplyDelete"Cinema09"
Makasih bang :)
DeleteAlhamdulillah, barakalllah ya Mba', semoga Allah berkahi pernikahannya, Aamiin
ReplyDeleteSeru mbak kisahnya, menginspirasi banget deh..
ReplyDeletedaripada pacaran, mending langsung nikah aja :)
Jalan-jalan ke rumah caca, mampir sebentar beli kedondong, jangan cuma dibaca, kasih komentar juga dong.