Duduk Paling Depan
Belajar Dari Mereka

Belajar Dari Mereka



Setiap anak nggak bisa memilih dari rahim siapa mereka dilahirkan. Kita juga nggak bisa memilih latar belakang keluarga kita. Tuhan sudah menentukan takdirnya tepat saat kita keluar dari rahim ibu, menangis kencang sebagai tanda permulaan hidup kita di dunia. Yah, kita bisa nggak bisa memilih rupa dan status sosial orang tua kita. Bagaimanapun, yang Allah berikan tentulah yang terbaik. 

Aku pribadi bersyukur banget lahir sebagai anak ibu Nur dan pak Syarif, dari kecil aku nggak pernah kekurangan kasih sayang, mungkin mereka bukan orangtua yang kaya raya tapi aku nggak pernah merasakan kelaparan hanya karena di dapur nggak ada makanan dan nggak ada uang untuk sekedar membeli beras. Pendidikanku, mainan, kendaraan, semua dapat mereka penuhi.
Memori Tentang Ayah

Memori Tentang Ayah


Kita memang tidak bisa memilih dari rahim siapa kita dilahirkan, orangtua mana yang membesarkan. Maka bersyukurlah aku dilahirkan menjadi anak mereka. Pun kalau sekiranya ada kesempatan memilih orangtua, maka aku akan tetap memilih mereka sebagai orangtua.

Nggak ada manusia yang sempurna termasuk orangtua kita. Termasuk papa. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, papa adalah orang yang paling aku banggakan. Aku nggak perlu super hero seperti superman, batman, atau iron man. Sosok papa sudah mewakili itu semua. 

Kebanyakan sosok ayah hanyalah menjadi tulang punggung keluarga dimana tugasnya mencari nafkah dan memastikan kebutuhan finansial keluarganya tercukupi. Untungnya papa memberikan aku memori tentang sosok ayah yang bukan hanya tempat untuk meminta uang jajan. 
Museum Kata Andrea Hirata

Museum Kata Andrea Hirata

Sebagai pekerja kantoran yang kerjanya Senin-Sabtu dari pagi sampai sore rasa jenuh pasti sering muncul (yang senasib mana suaranyaaaaaa?!!). Apalagi aku kerjanya di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang dikelilingi tembok tinggi berwarna abu-abu. Mana nggak ada cowok kece lagi (kalau dibaca senior aku, dijitak deh nih). Jadi pengen banget liburan tapi ada beberapa hal yang masih perlu dikerjakan sehingga belum bisa ambil cuti (cailaaaah gayanya, padahal bilang aja duitnya belum ada).

Daripada berkeluh kesah gundah gulana gelisah merana, mending aku mengingat kembali serunya liburan ke Belitung Februari lalu (klik disini untuk cerita tentang Belitung). Selain pantai, ada satu destinasi wajib untuk para wisatawan yang berkunjung ke Tanjung Pandan ini. Kalau kalian pernah baca novel Laskar Pelangi yang kemudian difilmkan tersebut pasti tahu dengan penulisnya, Andrea Hirata. Nah di Belitung ada satu museum namanya "Museum Kata Andrea Hirata"

Rasa Nano-Nano Diklat Kesemaptaan 2015

Rasa Nano-Nano Diklat Kesemaptaan 2015




Aku baru aja selesai pendidikan dan latihan (diklat) kesamaptaan. Semacam diklat  wajib dari intansi tempat aku bekerja, Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).

Rasanya diklat kesemaptaan itu kayak permen Nano-Nano, manis asam asin rame rasanya #Ngiklan.
Main-Main di Belitung

Main-Main di Belitung

Seperti janji dipostingan sebelumnya, aku mau lanjut cerita tentang indahnya pesona Pulau Belitung. Disana aku sempat mengunjungi tiga pulau yaitu Pulau Langkuas, Pulang Kepayang, dan Pulau Pasir. Semuanya indah dan memanjakan mata. Untuk mencapai kesana bisa menyewa motor atau mobil. Karena aku takut diphpin bawa motor di tempat asing jadinya aku memutuskan untuk nyewa mobil + driver yang sekaligus jadi guide. Serunya lagi guidenya masih muda nggak beda jauh umurnya dari aku jadi ngobrolnya lebih nyambung *sekalian modus*.


Untuk menuju pulau-pulau tersebut bisa menyebrang dengan menyewa kapal nelayan dari pantai Tanjung Kelayang. Ketika sampai di Tanjung Kelayang aja udah jingkrak-jingkrak norak ngelihat putihnya pasir pantai dan birunya air laut dengan suara ombaknya yang merdu. Ternyata pulau-pulau yang ada di sekitar sana lebih bagus lagi dan bikin aku tambah norak.