Duduk Paling Depan: cerita petugas lapas
Tak Pernah Menyangka Akan Menjadi Begini

Tak Pernah Menyangka Akan Menjadi Begini


Sedari kecil, semenjak aku mengenal apa yang dinamakan cita-cita, Semenjak guru di sekolah atau orang-orang terdekat menanyakan akan menjadi apa ketika aku besar nanti, Semenjak aku tahu begitu banyak ragam jenis profesi di dunia ini, tak pernah sekalipun terlintas di pikiran aku akan menjadi seorang pegawai pengamanan pemasyarakatan atau biasa disebut sipir.

Sewaktu di Sekolah Dasar, aku bercita-cita jadi Dokter karena aku pikir mereka yang berjas putih dan dapat menyembuhkan penyakit orang lain itu sangatlah keren. Di pikiran seorang anak SD waktu itu, dokter adalah pekerjaan yang paling mulia di dunia. Setelah beranjak ke bangku SMP, aku sadar ternyata jadi Dokter itu emang keren dan mulia tapi prosesnya nggak gampang. Kuliahnya lama, butuh otak yang pintar di atas rata-rata dan biaya menempuh pendidikan dokter pun sangat mahal. Mengingat otak dan kemampuan finansial orangtuaku yang pas-pasan maka aku mencoret profesi dokter dari keinginan dan cita-citaku.

Setelah menghapus mimpi jadi dokter, aku mencoba merubah cita-cita ingin menjadi pengusaha. Aku pengen suatu saat nanti buka toko kue. Aku emang nggak bisa bikin kue, tapi aku suka makan kue. Mungkin cukuplah hobi makan sebagai modal awal :p
Apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Bulan Ramadhan kali ini.. kayak aku sedang di uji coba oleh Allah. Pertama, aku sering sakit-sakitan meski hanya penyakit ringan dari hari kedua ramadhan sampe sekarang. Mulai dari demam, masuk angin, sakit tenggorokan sampe suara abis dan sekarang batuk yang nggak sembuh-sembuh padahal udah minum obat. Emang sih, aku masiiih aja minum es, tapi nggak banyak kok #ngeles.

Selain itu ada lagi yang lebih bikin perasaan aku kacau. Ibarat gado-gado beberapa macam perasaan ini dicampur dan diulek dalam adonan kacang.


Jadi begini ceritanya, beberapa minggu yang lalu papa aku semangat banget ngabarin kalau Kemenkumhan (Kementrian Hukum dan Ham) ngebuka pendaftaran untuk cpns tingkat sarjana dan SLTA. Nah, disuruhlah aku untuk mendaftar. Karena aku nggak enak nolak dan kupikir ini cuma iseng-iseng aja, aku mau-mau aja daftar dan bahkan papa lebih semangat ngurusin bahan-bahan lamaran cpns itu. Waktu berlalu, ternyata aku lulus bahan, ya udah sih biasa aja perasaan aku toh yang lulus bahan untuk wilayah Jambi ini ada seribuan lebih. Untuk tingkat sarjana aja ada 400-an orang. Ckck.. ternyata banyak juga sarjana pengangguran di Jambi, itu baru jurusan Hukum aja belum lagi yang lain-lain. Baru sadar, yang lebih mengerikan dari skripsi itu adalah kenyataan kita akan kesulitan mencari kerja menganggur setelah wisuda, hiyyy...!!!