Duduk Paling Depan: Jambi
Gentala Arasy, Wisata di Tengah Kota.

Gentala Arasy, Wisata di Tengah Kota.

Sebenarnya bisa sih liburan ke Paris dan selfie depan menara Eifel, tapi gimana dong ya nggak punya banyak waktu tuh. *digeplak sendok nasi*. Intinya sih nggak punya duit banyak buat kesana, tapi bahagia itu nggak selamanya tergantung pada uang banyak kok, yang pas-pas-an juga bisa bikin bahagia. Kayak kamu, pas di hati aku #eaaa #salahfokus


Warna Warni Festival Lampion

Warna Warni Festival Lampion

Assalamualaikum...

Sebagai AHGJ (Anak Hampir Gaul Jambi) belum hits rasanya kalau aku belum berkunjung ke tempat yang lagi jadi pembicaraan warga Jambi. So, jadilah kemaren aku mengisi waktu sabtu malam (bukan malam minggu) ke festival lampion Suzhou.

Tempoyak. Cherrybelle Aja Suka.

Tempoyak. Cherrybelle Aja Suka.

Aku suka tempoyak hingga tetes terakhir” *pakek nada lagu iklan susu*

Kuahnya yang kental dengan rasa asam manis pedas, harum khas durian. Kuah nikmat itu bergumul dengan ikan patin yang dagingnya lembut dan gurih. Bisa juga dengan jenis ikan lain atau udang, euum.. Delicious *lap iler*.

Kalau orang Jambi udah pasti tahu lah ya sama yang namanya Tempoyak. Apa? gak tahu? Duh, pasti Jambinya karbitan nih, atau kw 20?!. Meski nggak semua orang Jambi suka sama Tempoyak (berdasarkan survey aku ke warga komplek) tapi hampir semua orang Jambi tahu kalau salah satu makanan khas Jambi adalah Tempoyak.
Kalau Palembang punya empek-empek, Jakarta punya kerak telor, Jogja punya gudeg, nah Jambi punya tempoyak sebagai kuliner khasnya. Tempoyak itu terbuat dari fermentasi buah Durian. Tempoyak memang jadi sejenis lauk yang enak disantap dengan nasi putih. Apalagi kalau dihidangkan pas hangat-hangatnya, ditambah lalap dan makannya bareng orang tercinta, beeeeeh!
Aku sendiri suka banget makanTempoyak. Kalau nemu rumah makan yang jualan lauk Tempoyak, rasanya kayak nemu gebetan dengan kriteria yang diidam-idamkan *sekalian curcol*. Iya, soalnya meski Tempoyak makanan khas Jambi tapi disini lebih banyak kita temuin Rumah Makan Padang dari pada Rumah Makan Jambi. Itulah kenapa ada orang bilang, orang Padang nggak bisa lihat perempatan jalan, bawaannya pasti pengen buka rumah makan.
Meski begitu aku tahu dimana tempat makan Tempoyak yang enak di Jambi ini. Ada rumah makan “Bu Salma” yang memang menyajikan kuliner khas Jambi kayak Ikan patin tempoyak dan ikan patin pindang. Di beberapa restoran di Jambi juga menyajikan Tempoyak sebagai menu andalannya. Di depan kampus aku juga ada yang jual tempoyak yang seporsinya sesuai sama kantong mahasiswa.
Penasaran tempoyak itu penampakannya kayak apa? ini dia.



tempoyak udang made by mrs.Nur'aini a.k.a my emak.
Karena tempoyak berbahan dasar fermentasi durian, nggak semua orang bisa makan karena ada orang yang nyium bau durian aja udah mual. Aku sih kasian banget sama orang yang nggak suka Durian, nggak menikmati hidup tuh. Karena bagi aku durian adalah buah surga yang bibitnya jatuh ke bumi dan kemudian dikembangbiakkan sama manusia. Kalau bukan buah surga nggak mungkin tuh seenak itu *teori ngasal*.

Tapi anehnya ada temen aku yang suka durian tapi nggak suka tempoyak, ada juga yang suka tempoyak tapi nggak suka durian. Kenapa nggak kayak aku aja sih, yang mencintai durian apa adanya bagaimanapun bentuknya. Dan tahukah kamu nggak aku aja yang doyan tempoyak, Cherrybelle aja suka, nih buktinya.
Oh iya kalau ada yang mau coba masak Tempoyak tinggal googling aja resepnya. Jangan tanya aku karena aku masak mie instan aja nggak enak apalagi masak tempoyak. Walaupun banyak cowok yang suka sama cewek yang jago masak, semoga jodoh gue kelak memaklumi bahwa gadisnya ini nggak bisa masak. Lah, curcol lagi ._.
Kalau kalian yang belum pernah nyobain Tempoyak tapi penasaran sama rasanya, boleh lho hubungin aku untuk jadi guide dan temen makan tempoyak bareng. *ini bukan modus* *kalau dianggep modus ya nggak apa-apa juga sih* *sambil menyelam minum susu*.

Nb: tulisan ini sebelumnya dimuat di http://jabloco.blogspot.com/2014/06/tempoyak-cherrybelle-aja-suka.html
Mengabdi, Menginspirasi, Berprestasi!

Mengabdi, Menginspirasi, Berprestasi!

Judul di atas adalah slogan dari LSO (Law Science Organization) , Organisasi yang kemarin berkolaborAKSI bersama komunitas B+ mengadakan kegiatan di Lapas Anak Ma.Bulian, Jambi.


Ada bahagia yang nggak bisa dinilai dengan apapun saat aku berkegiatan seperti ini. Ada rasa haru disaat melihat teman-teman relawan yang rata-rata aku nggak kenal sebelumnya tapi atas rasa kepedulian mereka mau menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dari kota Jambi menuju Lapas.

Lebih haru lagi saat aku melihat anak-anak didik di Lapas yang biasanya minder, malu untuk mengungkapkan pendapat, hari itu malah rebutan tunjuk tangan bahkan berdiri untuk menyuarakan opininya. Hari itu teman-teman dari LSO mengusung tema "Kejujuran mencegah korupsi" yang disampaikan dengan ringan melalui film pendek yang menarik.
Melawan Ragu

Melawan Ragu

Setiap akan memulai hal baru selalu terlintas keraguan bahkan ketakutan di dalam diri ini. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul seolah-olah menahan diri untuk melangkah. "Apa ini akan berhasil?" "Gimana kalau ternyata nggak ada yang support?" "Gimana kalau ternyata malah dicemooh orang?" "Yakin ini nggak akan sia-sia?" dan serentetan pertanyaan lainnya di dalam hati yang bikin semakin ragu memulai hal baru.


Kadang-kadang suka stres sendiri karena pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari diri sendiri justru nggak bisa aku jawab. Kalau sudah gitu kadang suka stuck sendiri dan nggak tahu harus ngapain. Tapi biasanya setelah melewati guling-guling di rumput kamar seharian akhirnya muncul kalimat lain di dalam kepala "Kalau mau tahu jawaban dari semua pertanyaan itu satu-satunya cara adalah mencoba. Gimana bisa tahu itu gagal atau berhasil kalau nggak dicoba? gimana bisa tahu ada yang support atau nggak kalau nggak berani memulai? gimana bisa tahu orang-orang akan mencibir atau malah memuji jika terus bergumul dengan keraguan? gimana bisa tahu ini akan sia-sia atau malah bermanfaat untuk orang lain jika kamu terus diam di kamar? Keluarlah, mulailah dengan sederhana, semampu yang kau bisa".
Sharing is caring

Sharing is caring



“This life is for loving, sharing, learning, smiling, caring, forgiving, laughing, hugging, helping, dancing, wondering, healing, and even more loving. I choose to live life this way. I want to live my life in such a way that when I get out of bed in the morning, the devil says, 'aw shit, he's up!”
Steve Maraboli, Unapologetically You: Reflections on Life and the Human Experience




Udah mayan lama nih nggak nge-post. Maafkanlah penulis amatiran yang sok sibuk ini. huhu.
Ramadhan Ceria Bersama Anak Didik di Lapas Anak Ma.Bulian, Jambi.

Ramadhan Ceria Bersama Anak Didik di Lapas Anak Ma.Bulian, Jambi.


Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah..

Duh, nggak henti-hentinya aku bersyukur atas kelancaran acara kemarin.

Sudah lama sebenarnya aku menggagas sebuah komunitas sosial anak muda yang melakukan pendampingan ke Lapas (Lembaga Pemasyrakatan) namun belum ketemu moment yang pas untuk memulai langkah awal. Pas banget waktu lagi main twitter ngeliat timeline @DreamDelion yang mengadakan acara “Share the Love” yang menggalang dana  buka bersama dan pemberian donasi buku untuk anak-anak di Lapas Tanggerang. 

Terinspirasi @Dreamdelion akhirnya aku mengajak teman-teman komunitas B+ dan bekerja sama dengan komunitas Sketchers Jambi dan Bara Api untuk mengadakan acara “Ramadhan Ceria” di Lapas Anak Ma.Bulian, Jambi.

Pemuda : Berkarya, Peduli dan Berkontribusi. (Pelatihan Puisi di Lapas Anak dan Wanita Ma.Bulian)

Pemuda : Berkarya, Peduli dan Berkontribusi. (Pelatihan Puisi di Lapas Anak dan Wanita Ma.Bulian)



Senin, 26 mei 2014 yang lalu, di lapas tempat aku bekerja kedatangan teman-teman komunitas “Malam Puisi Jambi (MPJ)”. Komunitas yang isinya anak-anak muda pencinta puisi. Biasanya setiap sebulan sekali mereka mengadakan pesta puisi mengundang siapa saja untuk membacakan puisi. Aku juga sering datang untuk baca puisi atau jadi mc. 

Hari itu mereka memberikan pelatihan membaca puisi ke warga binaan wanita dan anak didik di lapas tempat aku bekerja. Pelatihan satu setengah jam dirasa kurang cukup untuk mereka semua belajar mengekspresikan diri melalui pembacaan puisi. Awalnya sih warga binaan pada malu-malu untuk bacain puisinya, harus dipancing dulu sama temen-temen komunitas MPJ.