Sebagai ibu yang bekerja, akhir pekan sangat saya nanti-nantikan sebagai waktu untuk quality time bersama keluarga kecil saya. Kegiatan favorit kami di akhir pekan adalah kulineran dan mengajak anak ke taman bermain. Saya memilih ke kabupaten Bungo, satu jam dari tempat tinggal saya. Meski kabupaten, di sini banyak banget pilihan tempat makan yang enak dan jajanan kekinian.
Saking seringnya ke Bungo untuk kulineran, saya sampai bingung mau kemana lagi. Bosan kalau cuma makan itu-itu saja. Akhirnya saya inisiatif tanya ke seorang teman yang juga blogger, yaitu mas Djangki. Beliau merekomendasikan tempat makan Mie Kocok Bandung "Gilang".
Saya sendiri belum pernah mencoba mie kocok Bandung sebelumnya. Saya nggak berekspetasi tinggi juga sih, takutnya kecewa. Maklum, soalnya sudah sering dikecewakan karena terlalu banyak berharap, wkwkwkw.
Lezatnya Mie Kocok Bandung "Gilang" di Bungo
Bermodal Google Maps, sampailah saya di tempat makannya. Ternyata warung Mie Kocok Bandung Gilang ini memanfaatkan halaman rumah pemiliknya, jadi bukan bangunan khusus gitu. Saya langsung suka dengan suasananya yang teduh, karena banyak tanaman hijau. Selain tanaman asli, ada juga daun rambat sintetis yang dipasang untuk memperindah dekorasi. Di bagian kanan, ada ayunan dengan hiasan daun-daun juga, cocok deh untuk yang suka foto-foto buat Instagram.
Bagi teman-teman yang tinggal di perkotaan, mungkin mall atau bioskop jadi tempat yang mengasyikkan untuk menghabiskan akhir pekan bersama orang-orang tersayang. Sedangkan bagi saya yang tinggal di daerah kecil, kedua tempat tersebut nggak tersedia di sini, sempat bingung mau jalan-jalan kemana saat weekend tiba.
Dari cerita tetangga saya jadi tahu tentang wisata alam Lubuk Beringin atau biasa disebut dengan singkatan "Luber". Lokasinya sekitar dua jam dari tempat tinggal saya di kabupaten Tebo, Jambi. Akhirnya berangkatlah saya bareng suami, anak, dan mertua kesana.
Saya punya sahabat, namanya Candra. Awalnya kami dekat karena satu kelompok tugas kuliah di SMA. Satu kelompok rame-rame gitu ada cowok ada cewek. Cewek-ceweknya saya dan dua sahabat saya juga namanya Rani dan Fani.
Kain batik Jambi di atas hijab yang saya kenakan pada foto di atas ialah yang disebut Tengkuluk/Tekuluk. Sejak zaman nenek moyang dulu, wanita Jambi sehari-harinya memakai tutup kepala dari kain batik yang dililitkan. Lengkap dengan baju kurung dan kainnya.
Assalamualaikum...
yang cantik yang ganteng.
Iya
kamu.. kamu yang ganteng.
Bukan..bukan
kamu.. itu coba geser dikit, nah itu.. yang di sebelah kamu.
Nggak
ada siapa-siapa di sebelah kamu? Kan makhluk itu bukan Cuma yang bisa dilihat
tapi ada juga yang nggak bisa dilihat dengan kasat mata, xixixixi.
Lho kok
jadi horor?
Sebenarnya bisa sih liburan ke Paris dan selfie depan menara Eifel, tapi gimana dong ya nggak punya banyak waktu tuh. *digeplak sendok nasi*. Intinya sih nggak punya duit banyak buat kesana, tapi bahagia itu nggak selamanya tergantung pada uang banyak kok, yang pas-pas-an juga bisa bikin bahagia. Kayak kamu, pas di hati aku #eaaa #salahfokus
Assalamualaikum...
Sebagai AHGJ (Anak Hampir Gaul Jambi) belum hits rasanya kalau aku belum berkunjung ke tempat yang lagi jadi pembicaraan warga Jambi. So, jadilah kemaren aku mengisi waktu sabtu malam (bukan malam minggu) ke festival lampion Suzhou.
“Aku suka tempoyak
hingga tetes terakhir” *pakek nada lagu iklan susu*
Kuahnya yang kental dengan rasa asam manis pedas, harum khas
durian. Kuah nikmat itu bergumul dengan ikan patin yang dagingnya lembut dan
gurih. Bisa juga dengan jenis ikan lain atau udang, euum.. Delicious *lap iler*.
Kalau orang Jambi udah pasti tahu lah ya sama yang namanya
Tempoyak. Apa? gak tahu? Duh, pasti Jambinya karbitan nih, atau kw 20?!. Meski
nggak semua orang Jambi suka sama Tempoyak (berdasarkan survey aku ke warga
komplek) tapi hampir semua orang Jambi tahu kalau salah satu makanan khas Jambi
adalah Tempoyak.
Kalau Palembang punya empek-empek, Jakarta punya kerak
telor, Jogja punya gudeg, nah Jambi punya tempoyak sebagai kuliner khasnya.
Tempoyak itu terbuat dari fermentasi buah Durian. Tempoyak
memang jadi sejenis lauk yang enak disantap dengan nasi putih. Apalagi kalau
dihidangkan pas hangat-hangatnya, ditambah lalap dan makannya bareng orang
tercinta, beeeeeh!
Aku sendiri suka banget makanTempoyak. Kalau nemu rumah
makan yang jualan lauk Tempoyak, rasanya kayak nemu gebetan dengan kriteria
yang diidam-idamkan *sekalian curcol*. Iya, soalnya meski Tempoyak makanan khas
Jambi tapi disini lebih banyak kita temuin Rumah Makan Padang dari pada Rumah
Makan Jambi. Itulah kenapa ada orang bilang, orang Padang nggak bisa lihat
perempatan jalan, bawaannya pasti pengen buka rumah makan.
Meski begitu aku tahu dimana tempat makan Tempoyak yang enak
di Jambi ini. Ada rumah makan “Bu Salma” yang memang menyajikan kuliner khas
Jambi kayak Ikan patin tempoyak dan ikan patin pindang. Di beberapa restoran di
Jambi juga menyajikan Tempoyak sebagai menu andalannya. Di depan kampus aku
juga ada yang jual tempoyak yang seporsinya sesuai sama kantong mahasiswa.
Penasaran tempoyak itu penampakannya kayak apa? ini dia.
![]() |
tempoyak udang made by mrs.Nur'aini a.k.a my emak. |
Karena tempoyak berbahan dasar fermentasi durian, nggak
semua orang bisa makan karena ada orang yang nyium bau durian aja udah mual.
Aku sih kasian banget sama orang yang nggak suka Durian, nggak menikmati hidup
tuh. Karena bagi aku durian adalah buah surga yang bibitnya jatuh ke bumi dan kemudian
dikembangbiakkan sama manusia. Kalau bukan buah surga nggak mungkin tuh seenak
itu *teori ngasal*.
Tapi anehnya ada temen aku yang suka durian tapi nggak suka
tempoyak, ada juga yang suka tempoyak tapi nggak suka durian. Kenapa nggak
kayak aku aja sih, yang mencintai durian apa adanya bagaimanapun bentuknya. Dan
tahukah kamu nggak aku aja yang doyan tempoyak, Cherrybelle aja suka, nih buktinya.
Oh iya kalau ada yang mau coba masak Tempoyak tinggal googling aja resepnya. Jangan tanya aku karena
aku masak mie instan aja nggak enak apalagi masak tempoyak. Walaupun banyak
cowok yang suka sama cewek yang jago masak, semoga jodoh gue kelak memaklumi
bahwa gadisnya ini nggak bisa masak. Lah, curcol lagi ._.
Kalau kalian yang belum pernah nyobain Tempoyak tapi penasaran sama rasanya,
boleh lho hubungin aku untuk jadi guide dan temen makan tempoyak bareng. *ini
bukan modus* *kalau dianggep modus ya nggak apa-apa juga sih* *sambil menyelam
minum susu*.
Nb: tulisan ini sebelumnya dimuat di http://jabloco.blogspot.com/2014/06/tempoyak-cherrybelle-aja-suka.html
Judul di atas adalah slogan dari LSO (Law Science Organization) , Organisasi yang kemarin berkolaborAKSI bersama komunitas B+ mengadakan kegiatan di Lapas Anak Ma.Bulian, Jambi.
Ada bahagia yang nggak bisa dinilai dengan apapun saat aku berkegiatan seperti ini. Ada rasa haru disaat melihat teman-teman relawan yang rata-rata aku nggak kenal sebelumnya tapi atas rasa kepedulian mereka mau menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dari kota Jambi menuju Lapas.
Lebih haru lagi saat aku melihat anak-anak didik di Lapas yang biasanya minder, malu untuk mengungkapkan pendapat, hari itu malah rebutan tunjuk tangan bahkan berdiri untuk menyuarakan opininya. Hari itu teman-teman dari LSO mengusung tema "Kejujuran mencegah korupsi" yang disampaikan dengan ringan melalui film pendek yang menarik.
Ada bahagia yang nggak bisa dinilai dengan apapun saat aku berkegiatan seperti ini. Ada rasa haru disaat melihat teman-teman relawan yang rata-rata aku nggak kenal sebelumnya tapi atas rasa kepedulian mereka mau menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dari kota Jambi menuju Lapas.
Lebih haru lagi saat aku melihat anak-anak didik di Lapas yang biasanya minder, malu untuk mengungkapkan pendapat, hari itu malah rebutan tunjuk tangan bahkan berdiri untuk menyuarakan opininya. Hari itu teman-teman dari LSO mengusung tema "Kejujuran mencegah korupsi" yang disampaikan dengan ringan melalui film pendek yang menarik.
Setiap akan memulai hal baru selalu terlintas keraguan bahkan ketakutan di dalam diri ini. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul seolah-olah menahan diri untuk melangkah. "Apa ini akan berhasil?" "Gimana kalau ternyata nggak ada yang support?" "Gimana kalau ternyata malah dicemooh orang?" "Yakin ini nggak akan sia-sia?" dan serentetan pertanyaan lainnya di dalam hati yang bikin semakin ragu memulai hal baru.
Kadang-kadang suka stres sendiri karena pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari diri sendiri justru nggak bisa aku jawab. Kalau sudah gitu kadang suka stuck sendiri dan nggak tahu harus ngapain. Tapi biasanya setelah melewati guling-guling di rumput kamar seharian akhirnya muncul kalimat lain di dalam kepala "Kalau mau tahu jawaban dari semua pertanyaan itu satu-satunya cara adalah mencoba. Gimana bisa tahu itu gagal atau berhasil kalau nggak dicoba? gimana bisa tahu ada yang support atau nggak kalau nggak berani memulai? gimana bisa tahu orang-orang akan mencibir atau malah memuji jika terus bergumul dengan keraguan? gimana bisa tahu ini akan sia-sia atau malah bermanfaat untuk orang lain jika kamu terus diam di kamar? Keluarlah, mulailah dengan sederhana, semampu yang kau bisa".
“This life is for loving, sharing, learning, smiling, caring, forgiving, laughing, hugging, helping, dancing, wondering, healing, and even more loving. I choose to live life this way. I want to live my life in such a way that when I get out of bed in the morning, the devil says, 'aw shit, he's up!”
― Steve Maraboli, Unapologetically You: Reflections on Life and the Human Experience
Udah mayan lama nih nggak nge-post.
Maafkanlah penulis amatiran yang sok sibuk ini. huhu.
Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah..
Duh, nggak henti-hentinya aku bersyukur atas kelancaran
acara kemarin.
Sudah lama sebenarnya aku menggagas sebuah komunitas
sosial anak muda yang melakukan pendampingan ke Lapas (Lembaga Pemasyrakatan)
namun belum ketemu moment yang pas untuk memulai langkah awal. Pas banget waktu
lagi main twitter ngeliat timeline @DreamDelion yang mengadakan acara “Share
the Love” yang menggalang dana buka
bersama dan pemberian donasi buku untuk anak-anak di Lapas Tanggerang.
Terinspirasi @Dreamdelion akhirnya aku mengajak
teman-teman komunitas B+ dan bekerja sama dengan komunitas Sketchers Jambi dan
Bara Api untuk mengadakan acara “Ramadhan Ceria” di Lapas Anak Ma.Bulian, Jambi.
Pemuda : Berkarya, Peduli dan Berkontribusi. (Pelatihan Puisi di Lapas Anak dan Wanita Ma.Bulian)
7:51:00 PM
Senin, 26 mei 2014 yang lalu, di lapas tempat aku bekerja
kedatangan teman-teman komunitas “Malam Puisi Jambi (MPJ)”. Komunitas yang isinya
anak-anak muda pencinta puisi. Biasanya setiap sebulan sekali mereka mengadakan
pesta puisi mengundang siapa saja untuk membacakan puisi. Aku juga sering
datang untuk baca puisi atau jadi mc.
Hari itu mereka memberikan pelatihan membaca puisi ke warga
binaan wanita dan anak didik di lapas tempat aku bekerja. Pelatihan satu
setengah jam dirasa kurang cukup untuk mereka semua belajar mengekspresikan
diri melalui pembacaan puisi. Awalnya sih warga binaan pada malu-malu untuk
bacain puisinya, harus dipancing dulu sama temen-temen komunitas MPJ.
Assalamualaikum...
Kalau ditanya hobiku apa, salah satunya adalah menulis. Tapi nggak sinkron banget sama blog yang sering terbengkalai :P
Mau cerita soal kerjaan ah,
Kerjaan aku nih kadang-kadang bisa santai banget, kadang-kadang bisa sibuk banget, kadang-kadang bisa santai tapi sekaligus sibuk atau sebaliknya sibuk sekaligus santai.
Jadi Polsuspas atau yang biasa dikenal sipir penjara emang ngeri-ngeri -sedep. Bisa ngebayangin kan yang dihadapin sehari-hari itu orang yang nakal-nakal gimanaaa gitu makanya bisa dapat tiket ekslusif menginap gratis selama bertahun-tahun di hotel prodeo.
Meski mereka rada susah diatur, meski mereka susah untuk duduk diam dan mendengarkan dengan seksama, tapi selalu ada senyum dan tawa yang tulus terpancar dari bocah-bocah itu :)
Sabtu (26/10) kemarin aku dan relawan Sahabat Ilmu Jambi (SIJ) ke panti Al-kautsar untuk pendampingan.
Kangen banget sama anak-anak itu, udah lebih sebulan aku nggak ke panti karena sebelumnya masuk asrama untuk prajabatan. Ketemu mereka itu kayak moodbooster. Padahal kepala aku rada pusing karena kurang tidur (abis dinas malem) dan capek juga abis nemenin keponakan berenang. Tapi mereka itu kayak sumber semangat, moodboosternya aku.
"Hai... Apa kabar? masih inget nggak sama kakak?"
"baik.. masih dong, kak Ein"
Duh, senengnya mereka masih inget meski ada juga lupa :P
Sabtu (26/10) kemarin aku dan relawan Sahabat Ilmu Jambi (SIJ) ke panti Al-kautsar untuk pendampingan.
Kangen banget sama anak-anak itu, udah lebih sebulan aku nggak ke panti karena sebelumnya masuk asrama untuk prajabatan. Ketemu mereka itu kayak moodbooster. Padahal kepala aku rada pusing karena kurang tidur (abis dinas malem) dan capek juga abis nemenin keponakan berenang. Tapi mereka itu kayak sumber semangat, moodboosternya aku.
"Hai... Apa kabar? masih inget nggak sama kakak?"
"baik.. masih dong, kak Ein"
Duh, senengnya mereka masih inget meski ada juga lupa :P
Yeaaaaay, Sahabat Ilmu Jambi (SIJ) udah dua tahun. Nggak kerasa, komunitas yang diinisiator oleh senior aku, kak Bella Moulina sampai sekarang masih eksis dan terus berkontribusi khususnya di bidang sosial dan pendidikan di daerah kami tercinta, Jambi.
Yuhuuu, apa kabar readers? :)
Ini udah masuk puasa yang ke.. masih tetap semangat kan?
Puasa nya udah bolong berapa? Atau masih belum ada yang bolong? Hebaaat.
Oh ya, Koleksi sendal gimana? Udah banyak? :P
Oke daripada ngelantur, aku mau cerita kalau hari sabtu (20 juli’13) aku bersama komunitasku, Sahabat Ilmu Jambi ngadain buka
bersama di panti asuhan Al-Kautsar. Panti ini memang menjadi asuhan komunitas
SIJ yang mengadakan pendampingan setiap minggunya bersama adik-adik asuh
disini.
Alhamdulillah, acaranya berjalan lancar dan seru. Sambil menunggu waktu berbuka, kami (relawan
SIJ dan adik-adik) baca yasin bersama sekaligus tahlilan. Habis itu dilanjutin
ceramah dari ustad Ahamad Nopriansyah. Beliau menyampaikan dengan bahasa yang
ringan bahwa kita semua harus bersyukur terutama untuk adik-adik asuh, mereka
adalah orang-orang kuat yang Allah pilih sehingga mereka harus hidup bersama
dengan rukun di panti asuhan.
Serunya pas sesi tanya jawab, ada-ada aja pertanyaan dari
adek-adek asuh yang bahkan kakak-kakak relawan aja nggak kepikiran. Misalnya
“Kebahagiaan itu apa?” atau “Kesuksesan itu diukur dari apa?” ada juga yang
nanya “Di dalam Alqur’an dibilang kalau orang yang mencuri hukumannya potong
tangan. Terus kenapa kalau di Indonesia orang yang mencuri tidak dipotong
tangan melainkan hanya di penjara? Apa orang-orang di negara ini melalaikan
ajaran Allah?”