Duduk Paling Depan: Inspiratif
Ngomelin Pelakor? Setuju Nggak?

Ngomelin Pelakor? Setuju Nggak?


Kayaknya jaman sekarang ngomelin pelakor (perebut laki orang) dan diunggah ke media sosial sudah menjadi semacam trend di kalangan buibuk. Trend yang membuat saya keheranan sampai nggak habis pikir. KENAPA MASALAH RUMAH TANGGA CENDERUNG AIB BEGITU DIUMBAR KE MEDIA SOSIAL?

Saya nggak mengerti apa tujuan dari buibuk yang dengan sengaja merekam aksinya saat melabrak perempuan yang dianggap merebut suaminya dan mengunggahnya ke media sosial. Pengen dapat ribuan likes? ratusan komentar? apa itu semua bisa membantu menyelesaikan rumah tangga tersebut? Nggak, kan?!!
Bacotan Warganet

Bacotan Warganet

Gila ya, nggak habis pikir sama sebagian warganet yang kalau komentar di Instagram publik figur udah kayak buang sampah ke Kali. Semua yang kotor-kotor dan nggak bermanfaat ada. 

Saya lagi esmosi. Lihat ada publik figur yang upload foto bareng teman-temannya isi captionnya lagi siap-siap mau syuting, eh ada aja yang komen begini :

Liburan tanpa instastory

Liburan tanpa instastory



Saya dan suami ambil cuti dari tanggal 15-20 Januari lalu. Sebenarnya nggak liburan yang gimana-gimana, nggak keluar kota atau ke luar negri (kayak banyak duit aje sih 😝). Kami cuma ke tempat orang tua di Sabak dan kota Jambi. Kalau dari tempat tinggal saya di kabupaten Tebo sekitar 5-7 jam. Kebetulan orang tua saya akan berangkat umroh, jadi kami sengaja datang untuk menghadiri pengajiannya. 
Suka Duka 2017

Suka Duka 2017



Saya positif hamil dari Juli 2016, waktu itu saya pikir proses melahirkan akan menjadi momen paling berkesan di tahun 2017. Ternyata Allah SWT memberikan banyak kejutan sehingga banyak pula kejadian yang membekas di hati saya sepanjang 2017.  Bukan cuma momen menyenangkan seperti kelahiran anak pertama kami, tapi juga momen menyedihkan dimana keuangan keluarga sempat kritis, ketipu belanja online, baby blues, dan masih banyak lagi. 
Semua Orang Bisa Kuliah [Review Universitas Terbuka]

Semua Orang Bisa Kuliah [Review Universitas Terbuka]

pengalaman kuliah di Universitas Terbuka (UT)

Dulu saya nggak kebayang sama sekali bakal menjalani perkuliahan dengan status sebagai ibu rumah tangga dan seorang karyawati di Lapas. Mikirnya pasti rempong banget, euy. Dulu saya waktu single aja kuliah masih ada keteteran ketika dalam satu minggu tugas barengan datangnya, belum lagi kuis-kuis dan ujian. Maklum sih, saya nggak pinter-pinter banget jadi kalau belajar nggak bisa lama-lama. Kelamaan dikit otak berasap.

Tiga Profesi yang Saya Cintai

Tiga Profesi yang Saya Cintai




Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai petugas lapas dan blogger. Semua pekerjaan tersebut sangat saya cintai sekalipun saya sering merasa keteteran dan kecapekan karena mengerjakan ketiganya. Tapi kalau disuruh memilih salah satu, apa yang saya pilih? mari kita bahas satu-satu. 
Pengalaman uang di rekening hilang, padahal tidak melakukan transaksi.

Pengalaman uang di rekening hilang, padahal tidak melakukan transaksi.

Sebenarnya saya nggak mau cerita ini, tapi kemarin kakak kandung saya menelpon dengan suara yang lemes dan kedengaran mau nangis karena uangnya hilang juga di rekening padahal dia ngerasa nggak melakukan transaksi senilai uang yang hilang.  Gara-gara itu saya jadi flashback dan mau sharing supaya bisa jadi pelajaran untuk orang lain.




 *catatan : Saya tidak akan menyebutkan nama Bank tersebut karena takutnya malah jadi pencemaran nama baik padahal niat saya hanya ingin sharing*

Nodong Nikah

Nodong Nikah



Aku sayang sama kamu”
“hm.. aku juga. Tapi hubungan kita mau dibawa kemana?”
“jalanin aja dulu, urusan kedepannya gimana nanti”




Nggak asing sama percakapan tersebut? Saya juga mengalaminya ketika dulu menjadi aktivis pacaran. Saya menganggap pacaran adalah aktivitas menuju pernikahan yang sebenarnya tameng dari ketidakmampuan saya menahan nafsu. 
Kenapa Menulis?

Kenapa Menulis?

freepik.com



Semenjak menikah dan ikut suami pindah ke Tebo, saya merasa kehilangan beberapa bagian "comfort zone" dalam hidup saya. Jauh dari keluarga dan sahabat, Nggak bisa lagi berkomunitas, pindah kantor yang lingkungannya sudah nyaman, dan nggak ada lagi fasilitas seperti masih di rumah orang tua. 

Namun karena komitmen saya setelah menikah mengabdi dengan suami saya berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Apalagi semenjak jadi ibu rasanya hari-hari berjalan sangat cepat. Bangun pagi sudah riweh dengan urusan rumah dan anak, kemudian kerja, pulang kerja ya urus anak dan rumah lagi. Rutinitas seperti itu pasti bikin saya ngerasain capek dan jenuh.
Wanita Cengeng

Wanita Cengeng

Saya mengenalnya sejak dua puluh empat tahun yang lalu, waktu yang lebih dari cukup untuk membenci atau mencinta. Meski dua puluh empat tahun itu kami tidak selalu bersama, tapi dia sudah masuk ke dalam daftar orang yang bisa saya andalkan kapan saja.

Waktu saya kecil nggak banyak ingatan yang menyenangkan tentang dia. Saya seringkali merajuk karena dia nggak membolehkan saya untuk ikut pergi dengannya. Kami sering berantem tanpa ada yang meminta maaf kemudian, namun nggak butuh waktu lama kami saling bertegur sapa kembali.

Dulu saya menganggapnya adalah orang yang kebetulan saja Tuhan berikan ke dalam kehidupan saya. Dia, wanita yang lebih tua dari saya namun terlihat cengeng dimata saya.
Setahun Pertama

Setahun Pertama

"kok diem aja?"

"pikir aja sendiri"

kalau wanita sudah ngomong begitu, kelar hidup para pria. Mereka makhluk yang nggak peka sedunia disuruh mikir apa kesalahan mereka disaat wanitanya ngambek tanpa sebab, hihi. 

Dalam rumah tangga saya ada kalanya begitu, saya pengen suami mengerti apa mau saya tapi saya nggak perlu ngomong. Dia harus bisa baca pikiran saya meskipun saya menikah bukan dengan Romi Rafael. Untung suami nggak protes "nikah aja sama dukun, kalau mau bisa dibaca pikirannya* :P

Contohnya di hari jadi kami yang pertama, 22 April 2017 saya rada bete' dari pagi karena dia nggak ngucapin dan nggak ngasih kado. Ditambah keadaan saya yang lelah sebagai ibu baru setiap harinya ngurus baby, rasanya kan pengen dispesialkan gitu *martabak kali ah*. 

Kita diem-dieman aja sampai dia pamit mau pergi ke pengajianpun saya jawab salamnya sambil munggungin dia tapi karena emang posisi saya lagi nyusuin anak sih. Dalam hati mangkel banget tuh hiks sebelnya ternyata suami nggak ingat anniversary pernikahan kami.

Setelah menyusui saya balik badan dan taraaaaa, kaget kenapa ada tangkai mawar di kamar saya........beserta pot dan tanahnya. Mending kalau mawarnya berbunga harum ini benar-benar kayak bibit gitu cuma ada daun dan batang. Ada sepucuk surat ternyata di dalam potnya. Sederhana banget dari selembar kertas binder putih ditulis pakai tinta pena. Saya buka, nggak sadar air mata mengalir perlahan.......tulisannya susah dibaca :')

Ternyata itu dari suami, yang isinya ucapan happy anniversary dan bibit mawar beserta potnya itu adalah kado. Hm, senang dan terharu tapi....... harusnya dia tahu kan seumur-umur saya nggak pernah suka bercocok tanam. Ya sudahlah yaa, saya bawa pot bunganya keluar untuk taro di teras dan jeng...jeng... makin gondok saat saya keluar rumah baru nyadar di teras rumah tetangga depan, tetangga samping, pot dan tanaman beginian berjejer. Sungguh spesial kado dari mamas, sampai-sampai di rumah tetanggapun ada. Lah, jangan-jangan yang ini juga modal minta ke tetangga doang? huhuhu. 

Ketika dia pulang saya diem aja, setelah dibujuk barulah saya bicara  bahwa ada masanya saya ingin diperlakukan spesial meskipun dengan hal kecil nggak perlu mahal tapi letak istimewanya itu lho. Agak lega setelah mengeluarkan unek-unek di hati, ternyata sama pria jangan pernah berharap dia akan peka ya, sama aja kayak nunggu matangnya batu direbus.

Besoknya jam setengah empat pagi saya kepengen kwetiaw, tapi di daerah kecil begini mana ada yang jualan jam segitu. Tapi demi menghindari ngambekan istri seharian, suami pergi juga. Rada nggak tega sih, tapi beneran laper *busui makan terus*. Setelah pulang dia langsung ke dapur, saya nggak tahu dia ngapain karena saya lagi nyusuin anak. Nggak lama kemudian, dia ajak saya keluar kamar kebetulan anak juga sudah selesai nyusu. 

Taraaaaaa.....ternyata ada kejutan ini.



Nggak ada kwetiaw, ternyata dia inisiatif bikin spaghetie sama teh manis dengan hiasan lilin-lilin kecil *agak khawatir juga sih takut karpet plastik ruang tamu kami kebakar, tetep yaa pikiran buibu*. 
Tapi jujur, hati saya tersentuh.

Ini simple tapi menyentuh karena dia memberikan yang saya suka sekaligus saya butuhkan dibanding kemaren dia kasih bibit bunga mawar padahal harusnya dia tahu seumur-umur saya nggak suka bertanam. Sifatnya yang mau mendengarkan apa yang saya inginkan inilah yang membuat saya jatuh cinta. 

Setahun pertama, rasanya nano-nano (manis asam asin, kayak kecap campur mayonaise). Tapi semua pengalaman itu membuat saya ingin selalu mendampingi dia jika Allah terus kasih kesempatan. Semoga, selalu ada tahun-tahun berikutnya dengan duka dan bahagia sebagai pelengkap rumah tangga kita.

Selamat setahun, mas. Thanks for treat me like a princess even we're not in fairy tale. 

^^