√ Karena Setiap Rumah Tangga Ada Ujiannya [Tahun Ketiga] - Duduk Paling Depan

Karena Setiap Rumah Tangga Ada Ujiannya [Tahun Ketiga]

couple

Kalau teman-teman follow saya di instagram @dudukpalingdepan mungkin tahu kemarin saya upload foto cake dan kado dari suami sebagai hadiah anniversary kami yang ketiga tahun ini. Terimakasih untuk teman-teman yang sudah ngucapin selamat dan mendo'akan ^^. Sampai-sampai ada pula teman yang kenal saya sejak lama bilang, kalau saya dan suami bisa dibilang real couple goals. Saya ngakak bacanya. 

Padahal prinsip saya bermedia sosial itu , saya hanya akan menunjukkan apa yang ingin saya tunjukkan, dan saya memilih menunjukkan yang bahagia-bahagia saja atau kesedihan dengan hikmahnya. Jadi kalau saya lagi galau berantem sama suami (dan itu sering lho) nggak akan saya post di medsos. Jadi kelihatannya kayak bahagia terus padahal nggak juga. 

Namun memang Alhamdulillah sampai tahun ketiga ini tidak ada masalah yang sampai membuat "kapal" kami hampir karam. Ada sih beberapa masalah yang membuat saya ngerasa "ya Allah, ternyata cobaan orang menikah tuh kayak gini banget yak" tapi untungnya suami mau bersama-sama menanggung dan mencari solusinya. 

Sejauh ini, saya bahagia dengan pernikahan ini. Meskipun begitu, dulu saya pernah nggak mau nikah lho.

Keinginan untuk tidak menikah itu muncul karena seringnya saya melihat konflik yang terjadi dalam rumah tangga pada orang-orang di sekitar saya. Misalnya nih, dari kecil saya terbiasa melihat pasangan berkonsultasi ke ayah saya yang masa itu menjabat sebagai kepala KUA (Kantor Urusan Agama) untuk menikah atau bercerai. Meski waktu itu saya belum terlalu paham akan makna perceraian, tapi saya tahu ternyata orang yang sudah menikah masih bisa berpisah. 

Berangkat remaja, saya mulai paham ketika orang tua saya bertengkar. Mulai dari perang dingin, sampai perang mulut. Kalau hanya berantem sebentar, okelah ya saya bisa mengerti. Tapi pernah dimana berantemnya berhari-hari, sedangkan kamar kami bersebelahan. Sakit kuping dan sakit pula hati. Sekalipun orang tua saya kebanyakan mesranya daripada berantemnya, tapi hal tersebut masih membekas di hati saya kala itu. 

Belum lagi saya mulai kerja diumur 19 tahun dengan rekan kerja banyak yang jauh di atas saya umurnya dan sudah berkeluarga. Nah, seringkali saya jadi tempat curhat masalah rumah tangga mereka. Saya sering shock mendengar masalah-masalah yang mereka alami. Karena dari luar tampaknya mereka baik-baik saja. Saya juga sering bingung harus bereaksi seperti apa, karena waktu itu boro-boro punya suami, gebetan aja kabur T_T. 

Namun lama-lama saya bisa menyikapi bahwa kebanyakan dari mereka curhat tentang masalah rumah tangga bukan hanya untuk menerima saran. Tapi lebih kepada ingin didengarkan tanpa masalah itu bocor kemana-mana. Namanya juga masalah rumah tangga, sangat sensitif. 

Bisa jadi karena saya termasuk orang yang nggak suka ikut campur urusan orang lain, karena saya juga nggak suka orang yang nggak berkepentingan ikut campur urusan saya. Misalnya di kantor ada rumor tentang rumah tangga si A, saya diam aja nggak mau ikut-ikutan ngomongin. Bahkan kalau saya lagi kerja berdua orang tersebut, nggak saya tanya-tanyain apakah rumor itu benar atau salah. Pokoknya nggak mau ikut campur. 

Sampai mereka sendiri yang cerita, bahkan sampai menangis sesegukan didepan saya. Kemudian yang bisa saya lakukan memeluk (kebanyakan yang cerita wanita) dan mengatakan "sabar ya". Saya tahu nyabarin orang yang lagi di puncak masalah nggak akan ada gunanya. Tapi hanya itu yang bisa saya lakukan. 
dudukpalingdepan.com

Karena banyaknya curhatan yang saya terima, saya mikirnya rumah tangga itu complicated banget. Padahal saya inginnya menjalin hubungan dengan seseorang itu ya untuk bahagia, bukan sebaliknya. 
Saya putuskan untuk malas menikah. 

Kemudian ada yang membuat pikiran saya berubah. Ketika mulai iseng baca buku tentang pernikahan, nonton video series "mahkota pengantin" ustad Khalid Bassalamah di Youtube, barulah saya mengerti bahwa kalau mau menikah BANYAK ILMU YANG HARUS DIPELAJARI. Bukan sekedar bertemu orang yang kita cintai, dan dia mencintai kita lantas memutuskan untuk menikah. 

Tapi buanyaaaaak banget yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan seseorang itu menjadi teman serumah seumur hidup. Misalnya pemahaman agama, keuangan, restu keluarga, sifat baik dan kebiasaan buruk pasangan, cara menyikapi permasalahan, dan sebagainya. 

Intinya, jangan nikah deh kalau hal-hal tersebut belum dikuasai dan kamu ketahui dari calon pasangan kamu. 

Karena hal-hal yang memicu konflik rumah tangga, bisa jadi dari sesuatu yang baru terbongkar dan dulunya kita nggak tahu karena memang nggak mencari tahu atau calon pasangan yang tidak jujur. 

Hati saya mulai melunak waktu itu. Lagipula setelah saya pikir-pikir, saya lihat keadaan orang tua saya yang tahun ini masuk ketahun 32 pernikahan. Mereka memang pernah berantem besar, dan membuat hati saya sakit melihatnya. Tapi mereka kemudian bisa berbaikan. Dimana saya harusnya belajar, bahwa dalam hubungan memang ada masalah, tapi pasti ada solusinya jika mau diusahakan, jika bukan sesuatu yang benar-benar fatal.

Selain itu saya jadi paham kalau takut melangkah kedepan itu bukan berarti berbalik arah, namun kumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, jika terjadi sesuatu di tengah jalan, kita sudah punya persiapan.

Itulah kenapa akhirnya saya memutuskan menikah bahkan dengan orang yang baru satu bulan saya kenal via BBM. Karena selama satu bulan itu obrolan kami tentang visi misi pernikahan, kondisi latar belakang keluarga masing-masing, kondisi keuangan (pemasukan, utang, gaya hidup) masing-masing, ngobrolin beberapa contoh kasus dalam rumah tangga dan diskusi dari dua sudut pandang kami masing-masing untuk menyelesaikannya, dan lain-lain.

Baca juga : Tips Membahas Keuangan dengan calon suami/istri

Bahkan kami sepakat dari obrolan itu jangan bawa perasaan. Kalau cocok, lanjutkan dengan menghadap ayah saya. Kalau nggak cocok, kita cukup berteman. Jadi jangan sampai ada patah hati dan galau-galau segala. Ini pernikahan seumur hidup, harus serius dulu bahas segala macam prinsip. Kalau sudah lamaran, baru boleh melibatkan perasaan.

Walaupun sudah membicarakan semuanya di awal, bukan berarti masalah nggak ada ya. Namanya juga hidup masalah selalu ada, lagian masalah itu kita nggak cari aja dia datang sendiri. Mending bisa pergi sendiri, ini kudu diusir halus sampai diusir kasar dulu baru dia pergi. 

Yah, memang pada hakikatnya semua rumah tangga pasti ada ujiannya. Kadar ujian setiap orang, ringan/sedang/berat hanya orang itu yang tahu. Kita yang hanya dengar sesekali, ataupun menjadi pendengar curhatan mereka nggak berhak menghakimi. Doakan yang terbaik agar masalahnya cepat selesai. Apapun itu, berpisah atau kembali bersama. Hormati, jangan hakimi. 


Kembali lagi bahwa pernikahan itu hubungan yang serius dan rumit, pastikan kamu memilih pasangan yang membuat segala kerumitan itu menjadi mudah karena dihadapi berdua. Jika sudah terlalu lama kamu menghadapinya sendirian, karena dia terlalu cepat berlari ke depan dan meninggalkan, atau justru berbalik ke belakang dan malas melangkah, mungkin sudah saatnya kamu melepaskan semua beban itu. 

Hidup cuma sekali, harus bahagia. 

Setuju?



Get notifications from this blog

15 comments

  1. selamat ulang tahun pernikahan yang ketiga mbaa.. semoga langgeng pernikahannya :)

    bener mbaa, setiap rumah tangga ada ujiannya. Ada yang diuji dengan mertua yang omongannya pedes, ada yang diuji dengan keadaan ekonomi, ada yang diuji dengan anak, ada juga yang diuji sama suami yang kerjaannya main games mulu.. hahahaha.. #curcol

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau suami main game mulu sih itu bukan cobaan teh,..tapi keterlaluan,...yuk kita gebukin,....ha-ha

      Delete
    2. haha.. jangan dong mas anyu.. gitu2 kan suami saya.. mending ambil aja hp nya.. wkwk

      Delete
  2. Setuju banget Mbak, memang ya kalau mau menikah itu harus siap. Siap semuanya deh

    ReplyDelete
  3. ya tuhan mbak erny, sebulan kenal di bbm bisa memutuskan untuk langsung menikah, luar biasa loh.
    kalau aq br kenal sama pak suami terus dianya lg pendekatan tapi belum juga dia ngajakin pacaran aq udah tembak duluan, kalo mo ngajak nikah baru boleh lanjut deketin, hahaha

    alhamdullilah sekarang sudah tahun ke 8 sama pak suami dan setuju setiap rumah tangga ada ajaaa ujiannya, bersabar dan gak egois buat aq mah kayanya biar awet2 rumtangnya.

    happy wedding anniversary, happily ever after

    ReplyDelete
    Replies
    1. ia teh saya juga mengucapkan selamat ya atas umur pernikannya yang ketiga tahunnya,..tambah joslah pokoknya

      Delete
  4. namanya juga hidup teh,..nikmati aja,...ibarat kopi tanpa gula itu rasanya pahit,..enggak asik jadinya,..karena ada cobaan dan hal-hal baru ituleh yang membuat hidup menjadi lebih bermakna

    ReplyDelete
  5. Setuju bangettt...

    Dan bahagia itu kita yang kendalikan, jangan taruh di bahu orang ya hehehe

    Btw selamat ultah pernikahan ya.
    Semoga makin kuat dan ikhlas dalam membina rumah tangga, selalu saling mencintai dan berjodoh hingga ke jannah.

    Terus bersama menjalani suka duka, hidup bahagia bersama selalu aamiin :)

    ReplyDelete
  6. setujuuu, hidup cuma sekali harus dibikin bahagiaaaaa

    ReplyDelete
  7. Gw mah iya-iya doang. Belum nikah soalnya, wkwkwkwk

    ReplyDelete
  8. Met Ultah Pernikahan yach dindo....😀☺😊 Semoga langgeng dan Masuk Syurga bersama sama....

    saran saya cuma 3A : Asah Asih Asuh....plus nrimo dan sabarrrr....😀

    ReplyDelete
  9. Happy Anniversary yaa. Engga terlalu perhatiin kapan²nya sih. Pokoknya, semoga langgeng dan kompak selalu. Mungkin kita deketan Anniv nya. Aku & suami, tgl 1 April yl, ke 35 tahun. Wkwkwk...Lupa, dulu pakai persiapan atau enggak. Lupa juga, apakah pernah berantem hebat atau gak. Diem²an paling sehari semalem. Kemarin juga pas tgl 1 April, kami cuma saling mengucapkan terimakasih. Dia terimakasih, aku mau ikut dia. Aku terimakasih, ngebolehin aku ngintil dia. Haha...

    ReplyDelete
  10. Setuju mbak..

    Namanya juga rumah tangga, pasti ada cobaannya,


    Yg penting sabar dan syukur

    ReplyDelete
  11. saya agustus besok nikah mba. :/ dan saya beneran ga kebayang di depan ada apa nantinya~

    ReplyDelete
  12. Benar, hidup hanya sekali dan harus dibuat bahagia. Perkara masalah, kerap datang dari pihak luar.
    Menikah itu tidak mudah tetapi jika telah memilih maka harus melebue ke dalamnya.
    Saya dan suami juga tak lepas dari masalah, kadang berantem tetapi tetap baikan. Ada rasa kasih sayang dan saling membutuhkan.
    Semoga rumah tangga kita tetap kokoh pondasinya, ya.

    ReplyDelete