√ cerpen - Duduk Paling Depan

cerpen


-->

PELANGI DI MALAM HARI
Aku sukka banget sama pelangi. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu (Mejikuhibiniu). Warna-warna yang indah itu seolah-olah ngegambarin hidup yang juga penuh warna, penuh dengan kejadian yang di luar dugaan kita. Aku contohnya, siapa sangka aku adalah seorang putri pengusaha kaya yang uang nya ber-milyiar milyiar. Tapi itu dulu sebelum Papi ku Bangkrut dan kami sekeluarga miskin mendadak. Papi yang nggak siap menerima ini semua megakhiri hidupnya dengan menembakkan pistol di dahi nya di depan aku dan mami ku. Shock, mami pun terkena serangan jantung dan ikut menyusul Papi.


Bagaimana dengan aku? Airmata ku telah habis menangisi semua ini. Hingga sekarang aku nggak bisa menetes kan air mata lagi. Mungkin kantung air mata ku telah kering. Dulu waktu aku masih berada dalam keluarga kaya teman dan kerabatku banyak sekali seolah-olah mereka siap dan selalu ada buat aku. Tapi setelah nasib ku seperti ini mereka bagaikan hilan di telan bumi, pergi dan tak dapat dicari.

Sehari-hari aku bekerja untuk menghidupi diriku sendiri. aku bekerja sebagai penjual Koran, pedagang asongan, penyemir sepatu, ojek payung dikala musim hujan, kuli panggul di pasar, apapun aku jalani asalkan halal. Ya, teman-teman gelandangan yang senasib seperti ku kebanyakan berprofesi sebagai pencompet, penjambret dan penipu. Aku sering di bujuk mereka untuk ikut bergabung tapi sebisa mungkin ku tolak. Cukup sudah penderitaan yang aku alami, aku nggak mau melihat orang lebih banyak menderita dan bersedih jika aku turut mengambil barang mereka.


Di kala malam, aku suka duduk diatas bukit. Bukan bukit beneran tapi bukit sampah dekat jembatan yang di bawahnya aku tinggali. Disana aku suka memandang langit malam bersama ilham, orang yang mengajakku kedunia pinggir jalan ini ketika melihatku sendirian berada dekat jembatan tanpa tahu arah akan kemana. Bagi ku Ilham sudah seperti saudara kandung, siapa lagi tempat aku berpegang setelah mami dan papi tiada.

“indah ya langitnya, na.” Ilham berkata padaku sambil mengadahkan telunjuk nya kelangit.
“iya, bintang dan bulannya juga indah. Tapi aku sedang menunggu yang lain”
“menunggu apa?”
“pelangi. Pelangi di malam hari”
“hahaha, kamu ada-ada aja na. mana ada pelangi muncul nya malem-malem kayak gini”
“ada, nanti kamu akan melihat pelangi itu ham. Dan disaat itu aku pasti bahagia”
“maksud kamu apa sih na? aku nggak ngerti?” Ilham mengerutkan keningnya, dan aku hanya diam.
“na, balik yuk. Dah larut malam nih” ilham mengajak bicara aku yang tertidur.


Aku yang disitu nggak mungkin menyahut panggilan mu lagi Ilham. Lihat aku disini, aku melihat pelangi di malam hari bersama mami dan papi ku. Maaf Ilham, kamu nggak pernah tahu aku punya penyakit liver yang akut. Aku nggak mau kami kepikiran. Terus jaani hidup kamu ilham. Aku disini selalu menanti mu dalam pelangi di malam hari. Aku melambai pada Ilham yang menangis dan memeluk tubuh kaku ku.

Get notifications from this blog