Duduk Paling Depan: September 2014
Kertas Bercerita

Kertas Bercerita



Hai kawan, duduklah yang manis ketika kau membaca ini. Jika perlu sediakan secangkir teh melati hangat untuk menemanimu. Ambil bantal terempuk yang kau punya, sandarkan ke dinding dan ambillah posisi yang paling nyaman karena cerita ini akan cukup panjang. Ups, jangan khawatir ini tidak akan sepanjang sinetron-sinetron yang biasa ditonton ibumu.

Sepanjang aku hidup sudah banyak asin garam dan manis gula yang kurasakan. Kisah sedih dan bahagia sudah ku lalui. Mungkin kau mengira aku sudah cukup renta karena sudah banyak mengecap kisah semesta. Kau salah kawan, aku masih cukup muda untuk bertahan dan menantang dunia. Aku bukannya sombong, tapi memang itulah diriku. Aku tercipta untuk menjadi bagian dari rekaman sejarah. apa yang tidak bisa diingatdenganbaik oleh makhlukyang bernamamanusia, dicurahkannya kepadaku. Nah, betapa aku ini benar-benar istimewa kan?

Sebelum membahas lebih banyak tentang diriku maukah kau mendengarkan sebuah cerita? Cerita yang cukup memilukan, kawan. Silahkan ambil sekotak tissue dan letakkan disampingmu karena aku takut sensor otakmu akan memerintakah kelopak mata mengeluarkan airnya.

Simaklah dengan baik cerita yang pertama...

Jika cinta adalah kata, maka kau tentu sajak terindah yang pernah ada. Jika cinta adalah warna, maka kau adalah sebuah pelangi. Jika cinta adalah nada, maka kau adalah lagu yang paling merdu.
Sayangnya cinta adalah mimpi yang terlalu sering dicampakkan realita. Sayangnya cinta terlalu sibuk berperang dengan logika. Sayangnya cinta terlalu malu dan kemudian tenggelam dalam ragu.
Mata yang menawan untuk ditatap, bibir yang menghasilkan senyuman malaikat, aroma tubuh yang menggoda, sikap ramahmu yang membuatku terpesona, kini sudah habis ceritanya.
Aku menjelma menjadi bagian dari dedaunan kering yang selalu ada di setiap angin bertiup. Aku adalah kesetiaan yang selalu menunggu untuk dibelaskasihani. Aku adalah rindu yang menjelma menjadi abu.
Selamat tinggal hati yang terlalu banyak menimbun asa, berbahagialah pemiliknya dengan dia yang lebih sempurna”

Huhuhu... hikss *srooot*, setiap kali menceritakan ini aku tidak bisa menahan air yang mengalir dari mata dan hidungku. Lihatlah tulisan gadis itu begitu indah, aku yakin itu adalah kalimat yang keluar dari hatinya yang paling tulus. Sayangnya dia hanya memendam perasaan sendirian, sehingga ketika seseorang yang dicintainya sudah bersama orang lain maka patahlah sayap-sayap cintanya. Duh, aku sudah tertular virus puitisnya.

Gadis itu sudah lama menjadi teman setiaku, segenap perasaannya terhadap lelaki itu dia curahkan kepadaku. Tapi ternyata sajak patah hati itu adalah cerita terakhir yang dibaginya kepadaku.

Itu baru cerita pertama, kawan. Masih banyak cerita-cerita lainnya yang harus kau baca. Kau boleh meminum seteguk dua teguk teh hangat yang disampingmu itu. hm... harum melati dari cawan teh itu benar-benar nikmat.

Nah, sekarang resapi cerita yang kedua

kalau bukan demi anakku, aku sudah lama meninggalkan dia. seseorang seperti dia apanya yang harus aku banggakan? Penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hobinya main  judi dan main perempuan. Kalau bukan karena mengingat Siska yang masih kecil, aku sudah mau lari dari rumah petak sempit ini. Kalau saja waktu bisa diulang tentu aku tidak akan menerima lamarannya yang hanya penuh dengan janji palsu. Oh seharusnya aku lebih hati-hati dalam memilih pasangan seumur hidup.
Tuhan, cukuplah aku yang menjadi korban yang disia-siakan suami tak bertanggung jawab. Kelak ketika Siska besar nanti lindungi ia dan berikan ia lelaki yang baik sebagai pendamping hidupnya. Tuhan, kuatkanlah aku menghadapi hari-hari kedepannya. Cukuplah kulit tanganku melepuh dan mengelupas terkena air panas akibat amukan suamiku, cukuplah merah dan perih dipunggungku karena cambukan ikat pinggangnya, cukuplah balu dipipiku karena tamparannya. Jika memang kau percaya aku kuat menghadapi ini, maka berikan aku kesabaran tak berbatas.”

Aku benci sekali dengan lelaki yang semena-mena terhadap perempuan. Apalagi perempuan itu adalah seseorang yang harusnya ia kasihi dan lindungi. Sangking bencinya, aku berharap lelaki itu mendapat balasan setimpal. Misalnya saja saat dia hendak menganiaya istrinya tiba-tiba ada petir besar yang membelah langit dan dengan tepat menyambar badannya sehingga seketika dia menjadi gosong kehitaman. Hm.. bisa juga ketika dia sedang berselingkuh, tiba-tiba perempuan yang dia selingkuhi menjadi lelaki. Aaaaaaaa aku tahu menyumpahi orang lain itu tidak baik, tapi pantaskah lelaki jahat seperti itu dido’akan kebaikan? 

Ingatlah untuk mencari pasangan hidupmu kelak harus seseorang yang paham benar ajaran agamanya dan takut akan Tuhan. Dengan begitu dia akan memperlakukanmu dengan baik dan lembut. Karena ajaran agama manapun tidak akan mengajarkan kekerasan terhadap orang lain apalagi pasangan hidup. Pilihlah pasangan yang benar-benar pas untukmu. Yaaah, walaupun biasanya jomblo lapuk jarang ada yang memilih hahahahaha *kemudian ditimpuk blender*.

Sudah dua cerita yang aku bagi kepadamu, kawan. Wah sudah banyak tissue berserakan disampingmu. Memang aku yang menganjurkan untuk menyediakan sekotak tissue namun jangan terlalu banyak kau gunakan tissue. Kenapa? Ah nanti akan kujelaskan setelah cerita-ceritaku selesai. Jika nanti ada cerita sedih yang memaksamu menangis, lap saja dengan ujung-ujung bajumu atau selimutmu. Berlendir sedikit tak apalah, kau bisa mencucinya esok.

Kali ini ada cerita dari seorang lelaki tua.

setiap pagi ku lihat matahari terbit dengan indahnya. Tak pernah lupa ia menerbitkan pagi dengan cahayanya yang mempesona. Aku terpukau akan ciptaan-Nya yang luar biasa. Aku menikmati pagi ini dengan lukisan langit yang bersapukan arakan awan putih. Aku menikmati pagi ini dengan nyanyian burung-burung yang meski aku tak tahu jenisnya tapi aku menyukai keindahan sayapnya. Aku menikmati pagi ini dengan tarian dedaunan yang berdansa ketika angin meniupnya. Aku menikmati pagi ini dengan secangkir teh dan sepotong roti yang sudah mulai berjamur namun tetap enak rasanya. Sayangnya aku menikmati setiap keindahan pagi seorang diri.
Apakah sudah nasibku menjadi bagian siklus kehidupan manusia? Menikmati dunia sendirian di usia senja. Andai saja Tuhan tak cepat-cepat memanggil istriku, tentu aku tak akan kesepian meski anak-anaku lebih memilih menetap di kota metropolitan dan tenggelam dalam kesibukan duniawi.
Jika burung saja akan kembali pulang ke sangkarnya ketika senja tiba, kenapa anak-anakku tidak? Mungkin mereka lupa membawa catatan penting didalamhati mereka tentang siapa yang merawat dan membesarkannya. Mungkin mereka lupa sosok renta ini dulu yang tak kenal lelah siang dan malam mencari rupiah hanya untuk mewujudkan cita-cita mereka. Kini mereka telah lupa, atau hati mereka telah beku.
Seperti hangatnya mentari pagi yang ku rasakan, aku berharap kehangatannya juga akan mencairkan kebekuan hati anak-anaku.”

Kejaaaaaaaaaaam!!! (kalau teriakanku ini dibarengi dengan bunyi petir dan kemudian turun hujan deras pasti akan jadi lebih dramatis). Itukah potret balas jasa dari anak kepada orangtuanya? tega sekali membiarkan orangtua sendirian di usia senjanya, padahal sewaktu mereka kecil dan belum bisa apa-apa orangtualah yang membantu mereka, mengajarkan mereka banyak hal, dan rela melakukan apapun hanya untuk memenuhi kebutuhan den keinginan anak-anaknya.

Semoga kau tidak termasuk anak yang durhaka seperti itu ya, kawan. Orangtua adalah jalan menuju surga. Kalau kau ingin tiket menuju surga, ya berbaktilah kepada orangtuamu. Hehehe, omonganku sudah seperti seorang motivator ya. Bukankah di awal tadi sudah ku bilang bahwa aku sudah banyak merasakan asin garam dan manis gula kehidupan? Itulah yang membuatku menjadi lebih bijak. Ditambah dengan menonton program “Mario Teguh Golden Ways” setiap minggu.

Sudah tiga cerita yang ku bagi kepadamu. Sekarang biarkan aku beristirahat dan mengambil nafas. Aku tidak terbiasa bercerita karena aku biasanya menampung cerita. Tapi biarlah kali ini demi kau, kawan yang teristimewa maka aku akan meluangkan waktu dari jadwalku yang padat untuk berbagi cerita. Aku memang bukan artis, tapi jadwalku lebih padat daripada jadwal konser Syahrini.

Sudah siap membaca cerita selanjutnya?

ini sudah hari keempat aku ditempat pengungsian. Aku sudah tidak nyaman berada disini. Dari hari pertama saja aku sudah merasa risih disini. Aku tidak terbiasa menempati satu tenda beramai-ramai apalagi dengan orang yang tak kukenal. Selain sempit, iyuuuuh bau mereka bermacam-macam. Malam pertama aku tak bisa tidur karena kepanasan dan kepalaku pusing. Aku mual dan memuntahkan isi perutku yang hanya berisi air karena memang belum ada makanan yang masuk ke peruku seharian. Aku mengeluh kepada mama, tapi mama tidak menjawab keluhanku dan hanya memberikanku ketenangan dengan sebuah pelukan.
Aku membenci tempat ini. apa-apa harus berdesak-desakan dan berebutan. Apalagi ketika datang jatah bantuan makanan dari entah-siapa-yang-menyumbang maka mereka semua berkerubung dan setengah berteriak seolah-olah takut jika tidak kebagian makanan maka mereka akan mati saat itu juga.
Hari ini aku diberikan sebuah buku tulis dan pensil dari kakak-kakak yang menyebut diri mereka sebagai relawan. Aku lebih memilih duduk di pojokan tenda daripada ikut bermain bersama anak-anak pengungsi lain. Meskipun kuperhatikan dari sini sepertinya mereka seru sekali menikmati permainan yang dibawakan kakak-kakak relawan itu. Ah,tapi ada hal yang lebih penting yang harus kutulis.
Papa, mama, dan guru-guru di sekolah selalu bilang bahwa Allah itu maha penyayang dan pengasih. Tapi kenapa Dia tega mendatangkan musibah banjir di daerah tempat tinggalku? Kulihat waktu itu ada air dimana-mana, aku memang sangat takut dan hanya memejamkan mata ketika papa menggendongku untuk segera ikut rombongan evakuasi, tapi aku sempat melihat bahwa air sudah meninggi bahkan rumahku hanya tinggal terlihat atapnya saja.
Kata papa, mama, dan guru-guru di sekolahku kalau kita jadi anak yang baik yang rajin sholat dan patuh pada orangtua maka Allah akan menyayangi kita dan memberikan apapun yang kita inginkan. Aku sudah menjadi anak yang baik. Aku rajin belajar dan selalu dapat rangking di sekolah. Aku juga anak yang tidak pernah membantah mama dan papa, aku juga selalu rajin menyiram tanaman mama  di halaman dan membantu papa mencuci mobilnya. Aku juga rajin sholat lima waktu, kecuali kalau aku terlalu lelah dan mengantuk.
Lantas,kenapa Allah malah memberikan apa-apa yang tidak aku inginkan dan tidak pernah aku minta?
Allah malah mendatangkan banjir yang membuatku harus berada di tempat pengungsian yang bau ini. Tidak hanya itu, banjir ini juga membuatku kehilangan papa. Kata orang-orang papa ikut terseret arus, meskipun setahuku papa adalah perenang yang handal. Kalau tahu begitu, tentu aku lebih memilih hanyut terbawa arus bersama papa.
Allah, aku memang masih Sekolah Dasar. Tapi aku ingin Kau mendengarkan protes dari anak kecil ini. Mengapa kau berikan kami musibah banjir? Mengapa Kau mengambil papaku dan juga orangtua anak-anak yang lain atau sebaliknya, mengapa Kau tega melihat banyak orangtua kehilangan anak-anaknya?
Beginikah caramu mengasihi mereka yang sudah menyembahMu?
Tolong berikan jawaban atas protesku ini.”

Haaaaaaaah, membaca tulisan anak ini membuatku menghela nafas panjang berkali-kali. Aku juga cukup sedih dan kaget ketika harus menampung curhat dan sekaligus protes dari seorang gadis kecil.Protes yang ditulis anak itu adalah reaksi yang wajar dari seorang anak yang belum mengerti benar kenapa banjir bisa terjadi dan akhirnya membawa kesedihan dibanyak wajah.

Tahukah kawan, bahwa musibah banjir terjadi bukan hanya atas kehendak yang maha kuasa, tapi manusialah yang seolah-olah memintanya. Memang tidak ada makhluk yang ingin dilanda musibah namun masih sedikit manusia yang menyadari bahwa musibah datangnya dari tingkah laku mereka yang tidak menjaga lingkungannya.

Banjir disebabkan oleh terjadinya hujan lokal dan propagasi limpasan dari daerah hulu pada satu daerah tangkapan. Secara non ilmiah banjir dapat terjadi karena ulah manusia. Pohon-pohon kini banyak ditebang demi memenuhi kebetuhan manusia untuk membuka lahan pertanian, membangun perumahan, dan benda-benda yang dibutuhkan manusia seperti perabotan, tissue, dan juga aku. 

Sebagai kertas, itulah mengapa aku mengetahui banyak hal dan menampung banyak cerita. Aku senang ketika bermanfaat bagi kalian, kawan. Aku senang ketika kalian menorehkan tinta dan menuliskan apa yang kalian tahu dan apa yang kalian rasakan ditubuhku. Aku merasa hidup meski aku bukan makhluk hidup seutuhnya. 

Tapi aku sedih ketika aku diperlakukan dengan semena-mena. Aku sedih ketika aku hanya dijadikan bahan coretan tak berguna, yang belum penuh tubuhku sudah dirobek, diremas, dan dilempar ke tempat sampah. Aku sedih ketika aku menjadi bagian dari buku tulis yang sudah kau abaikan padahal masih banyak lembaran yang belum kau penuhi dengan tulisan. aku sedih ketika kau berfikir bahwa kau tidak akan pernah kekurangan kertas, kau berfikir bahwa tidak akan ada hal buruk apapun yang akan terjadi ketika kau boros menggunakanku.

Padahal aku dilahirkan dari proses yang bahan bakunya adalah sebatang pohon. Tahukah kau kawan untuk menumbuhkan sebatang pohon yang kokoh membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Semakin banyak aku diciptakan maka semakin banyak pohon-pohon yang ditebang. Apa lagi begitu banyaknya penebang liar yang hanya berpikir meraup keuntungan sebesar-besarnyadan tidak melakukan reboisasi (penanaman kembali) setelah menebang pohon-pohon itu. Ah, seandainya manusia tahu bahwa pohon sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup mereka di masa kini dan masa yang akan datang. 

Pohon menyerap air hujan dengan akarnya ke dalam tanah, air itu menjadi sumber makanan untuk pohon tumbuh dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan manusia untuk hidup. Kalau pohon terus ditebang, tak ada lagi akar kuat yang mampu menyerap hujan, sehingga air yang tercurah semakin banyak semakin meninggi dan menyebabkan banjir.

Setelah kau selesai membaca tulisan ini aku harap kau sadar dan turut menyadarkan orang-orang disekelilingmu tentang pentingnya menjaga lingkungan. Kalau kalian memang cinta dengan bumi ini dan takut kehilangan orang-orang yang kalian cintai seperti yang dialami anak itu maka mulailah peduli dengan lingkunganmu, terutama terhadap pohon-pohon. Jika kau tak bisa menahan orang-orang yang berkuasa itu untuk tidak terlalu banyak menebang pohon maka kau bisa memulainya dari dirimu sendiri. 

Seperti cerita pertama tentang gadis yang memendam cintanya dan kemudian harus menyesal karena keburu diambil orang, maka belajarlah untuk mengungkapkan cintamu dan melakukan sesuatu untuk membuktikannya. Ini berlaku tidak hanya untuk sesama manusia tetapi juga manusia terhadap lingkungannya. Kau bisa menanam satu pohon di halaman rumahmu, sebagai bukti cintamu terhadap bumi. Lagipula halaman akanterasateduh dan sejuk, nggak kayak hati para jomblo yang selalu gersang *kemudian ditimpuk dispenser*.

Jangan lupa juga cerita kedua yang salah memilih cinta. Eum.... yang ini aku nggak tahu apa hubungannya sama lingkungan. Oh, mungkin kau harus mencari pasangan hidup yang mencintai lingkungan. Kalau sama pohon aja dirawatnya dengan baik, apalagi kamu. hehehehe *maksa* 

Cerita yang ketiga tentang seorang ayah yang ditinggalkan anak-anaknya di usia senja. Sedih ya kalau kita dilupakan dan ditinggal sendirian padahal kita sudah banyak berkorban. Nah itu tuh yang sering aku rasakan! Pohon udah berkorban untuk ditebang dan diolah eh pas jadi kertas malah bukannya digunakan dengan baik malah dicoret-coret sedikit terus ditinggal gitu aja. Sakitnya kayak jomblo ditinggal pergi sama gebetan yang sudah lama diincar. *sakiiiiiiiit* *maaf ya mblo*

Nggak mau juga kan kisah kamu sama kayak cerita keempat? Harus kehilangan orang-orang yang kamu sayangi hanya karena nggak peduli sama lingkungan? Kalau kamunya sudah sadar dan peduli lingkungan tapi banjir tetap ada? Mungkin kamu harus lebih giat menularkan kepedulian itu kepada anggota keluarga yang lain, tetangga, pak RT, pak RW, pak lurah, pak camat, pokoknya semua harus diajak untuk peduli lingkungan. Kalau perlu kamu jadi duta lingkungan di sekolah atau di kotamu. Udah cakep, peduli lingkungan lagi. Dijamin status kejombloan kamu akan segera berakhir.

Aduh, maaf ya sebagai kertas berpengalaman dan gaul kadang suka susah fokus dan malah ngebully jomblo. Maaf ya kawan, aku malah berharap kau akan menjomblo lebih lama agar selalu punya waktu untuk membaca cerita-ceritaku atau menuliskan cerita ditubuhku. Baiklah, sebelum aku dibakar jomblo-jomblo menahun yang sensitif ini aku ceritakan kelanjutan dari protes anak kecil itu. 

sekarang aku sudah mulai bisa menyesuaikan diri di tempat pengungsian. Aku juga mulai menyukai bermain bersama anak-anak disini. Ini saja aku menulis setelah bermain lompat tali dan kejar tangkap bersama mereka dan kakak-kakak relawan itu.
Ah iya, aku ingin berterima kasih kepada kakak relawan yang telah membantu menjawab protesku kepada Allah beberapa hari yang lalu. Karena bingung surat protes itu harus kukirimkan lewat mana, aku menitipkannya kepada kak Arya yang memberikanku buku tulis dan pensil.
Kak Arya membaca suratku dan mengajakku mengobrol.
Kak Arya bilang, musibah banjir yang terjadi bukan karena Allah tidak menyayangi dan mengasihi aku, mama, papa, dan seluruh pengungsi korban banjir. Tapi itu karena Allah ingin mengajak aku dan yang lainnya berfikir sejenak untuk lebih peduli kepada lingkungan.Awalnya aku bingung, kemudian kak Arya menjelaskan proses terjadinya banjir dan aku langsung teringat bahwa apa yang kak Arya bilang sama dengan yang pernah bu guru ajarkan di sekolah.
Aku jadi malu dan menyesal karena sudah marah dan protes sama Allah. Padahal memang selama ini aku juga salah. Aku suka buang sampah sembarangan padahal mama sudah menyediakan tempat sampah. Aku selalu minta dibelikan buku tulis baru padahal buku lamaku masih banyak yang isinya belum terpakai. Aku malah membenci pohon karena menurutku cuma jadi sarang ulat dan semut.
Padahal pohon banyak kegunaannya dan karena banyak manfaatnya bagi manusia pohon terus ditebang, sehingga nggak ada lagi akar kuat untuk menampung hujan.Kak Arya, makasih ya sudah memberikan aku nasehat.
Allah, maafin aku ya karena udah marah-marah dan protes. Aku tahu Allah sayang sama kami semua sehingga dikasih teguran. Aku janji setelah ini akan lebih menjaga lingkungan.Oh ya, tolong jaga papa dan korban lainnya di surga-Mu ya Alah. Bilang papa, aku akan jaga mama baik-baik disini sampai nanti kita kumpul sama-sama lagi di surga.
Amiiin.”

Hiks... hiks... *sroooot*. Tissue mana tissue... 

Terimakasih sudah membaca ceritaku, kawan. Lihatlah cawan teh di sampingmu sudah dingin pertanda cerita hari ini sudah usai.
*selesai*