Serasa Dunia Milik Berdua
Saya
Saya memutuskan menghapus isi postingan ini, karena ternyata banyak yang mengarah kepostingan ini dengan keyword c3r1t4 d3w4s@. Padahal tulisan saya tidak bermuatan kesana. Daripada malah saya kena dosa dan citra buruk untuk blog ini, jadi saya putuskan hapus isinya. Namun postingan tetap ada agar menghindari brokenlink.
Belajar Dari Anak Nakal
on
May 03, 2018
Jaman sekolah dulu saya suka nggak habis pikir dengan anak nakal. Kenapa ya kok ada anak yang hobi melanggar aturan sekolah? Suka bolos, baju dipendek-pendekin, ngerokok di belakang kelas, nonton bokep di dalam kelas (hayooo siapa yang begini), malakin anak-anak lain. Kok mereka nggak mikirin orang tua yang sudah capek-capek bayar sekolah, beliin buku, kasih uang saku, supaya mereka bisa mendapatkan pendidikan tapi malah dibalas dengan kenakalan mereka.
Tips Lolos Seleksi Poltekip (Politeknik Ilmu Pemasyarakatan)
Cerita Petugas Lapas balik lagi nih dengan kabar gembira. Saya akan bahas tentang Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip). Poltekip ini perguruan tinggi ikatan dinas di bawah naungan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Karena ini Perguruan Tinggi Ikatan Dinas, maka biaya selama perkuliahan ditanggung negara. Setelah lulus harus siap langsung menjadi abdi negara atau Calon Pegawai Negeri Sipil.
Cerita Petugas Lapas : Sahabat Paling Setia
Siapa sih yang nggak senang kalau punya sahabat setia. Setia dalam artian selalu ada untuk kita di saat kita senang ataupun susah. Nggak mesti setiap hari ada sih tapi senggaknya, sahabatlah yang siap menjadi garda terdepan untuk membantu kita di saat sulit. Sahabat juga yang merayakan keberhasilan kita bahkan melebihi diri kita sendiri.
Tapi gimana kalau orang-orang yang kita anggap sahabat itu ternyata palsu? selalu ada disaat kita happy aja. Giliran kita kesusahan, semuanya berubah menjadi ninja dengan jurus menghilang secepat bayangan.
Tipe-Tipe Pengunjung Lapas (Part 2)
Sudah dua bulan terakhir ini saya ditugaskan menjadi petugas pendaftaran layanan kunjungan di Lapas tempat saya bekerja. Awalnya saya pikir asik nih, kalau jadi petugas pendaftaran nggak mikir yang namanya laporan. Kalau jam layanan kunjungan habis, selesai kerja saya. Tapi ternyata nggak semudah itu juga. Namanya melayani masyarakat yang berkunjung itu berarti saya bertemu bermacam-macam orang dengan karakter yang beda-beda. Mulai dari yang ramah sampai yang bikin urut dada.
1. Nggak
ada kartu identitas, tapi maksa mau masuk
Syarat utama setiap pengunjung yang mau membesuk narapidana itu harus ada
kartu identitas. Satu rombongan cukup 1 ktp saja. Sering nih saya temui orang
yang mau berkunjung tapi pas diminta ktpnya jawabannya nggak ada karena
ketinggalan, sudah ngurus tapi belum
jadi karena dikorupsi ._.” , ktp hilang pas malam tahun baru, ada aja
jawabannya.
Terus saya tanya dong ada kartu identitas yang lain nggak? SIM? STNK boleh
juga deh yang penting ada data nama dan alamat lengkap.
Malah dijawab “nggak ada bu, BPJS boleh?”
Eh buset, dia kira disini Puskesmas? Ini LAPAS woi.
Lain hari malah ada yang bilang “ATM aja boleh nggak bu?”
Kalau bersedia ngasih sama PINnya baru saya bolehin.
Ada-ada aja nih kelakuan pengunjung, masak kartu identitas nggak dibawa
kemana-mana.
2. Nggak
percayaan
Ada hari-hari tertentu selain tanggal merah, kunjungan ditiadakan. Biasanya kalau di lapas lagi ada acara.
Pengumuman sudah ditempel di depan pintu. Tetap aja ada beberapa pengunjung
yang nggak percaya.
“nggak bisa besuk ya, bu?”
“nggak bisa, itu ada pengumumannya”
“tolonglah bu, kami pengen ketemu dari jauh”
“emang dari mana?”
“(nyebut nama tempat)”
“ya ampun, itu cuma sejam dari sini besok aja balik lagi”
“nggak bisa besuk ya, bu?”
“nggak bisa, itu ada pengumumannya”
“tolonglah bu, kami pengen ketemu dari jauh”
“emang dari mana?”
“(nyebut nama tempat)”
“ya ampun, itu cuma sejam dari sini besok aja balik lagi”
Tetap lho mereka nunggu di depan, dikiranya kita petugas layanan kunjungan
ini bohong. Zzzzz.
3. Ngaku
keluarga tapi nggak tahu nama lengkapnya
Salah satu prosedur berkunjung saya harus tanya nama warga binaan yang
ingin dikunjungi. Harus nama lengkap karena banyak nama warga binaan yang
sama atau mirip. Saya juga butuh datanya untuk diinput di aplikasi SDP.
“yang mau dikunjungi namanya siapa bu?”
“mi”
“hah?”
“mi, namanya mi.
“masak mi doang bu? Mi goreng?”
“haduh saya nggak tahu nama lengkapnya, biasa manggil mi..mi gitu.”
“ibu nih siapanya?” mungkin cuma kenalan jadi maklum kalau nggak tahu.
“saya keluarganya. Bibinya”
“lah, kalau keluarga kok nggak tahu nama lengkapnya?!!*
4. Manggil
seenaknya
“Yuk, mau besukan”
“daftar besukan, nte (tante)”
“ besukan, kak. “
Padahal
jelas-jelas saya pakai seragam dan lagi kerja, kenapa nggak “Ibu” aja sih?
5. Ngasih
tanpa diminta
Nah, kalau pengunjung kayak gini nih menyenangkan. Kami petugas lapas
dilarang keras untuk pungli (pungutan liar) pada pengunjung. Ada banner nomor pengaduan kok
kalau memang ada pungli. Tapi sesekali ada pengunjung yang tanpa diminta ngasih
gorengan, rambutan, mangga. Saya sudah bilang “nggak usah bu (tapi sambil
nyiapin kresek)” tetap mereka ngasih. Kan nggak enak ya nolak rejeki 🤗.
Pernah juga ada yang ngasih uang. Sudah ditolak juga, tapi dia bilang
“jangan ditolak ini bukan suap”. Ya udah sih kalau si bapaknya maksa, hehe.
Saya jajanin deh uangnya ke Alfamart di depan Lapas.
Ingat
ya, berkunjung ke LAPAS itu GRATIS. Kalau ada oknum yang minta jangan mau
ngasih.
6. Bohong
Setiap pengunjung juga ditanya saat pendaftaran bawa hp atau nggak? Kalau
bawa jumlahnya berapa? Karena HP nggak boleh dibawa sampai ruang kunjungan,
harus dititip di locker yang sudah disediakan.
Ada nih pengunjung yang ditanya jawabnya satu, pas diperiksa ternyata hpnya
ada dua. Atau bilangnya nggak bawa hp pas diperiksa kedapatan 1 hp. Biasanya
yang model begitu langsung “diusir” karena dari awal sudah kelihatan niat nggak
baiknya. Kalau di Lapas memang harus
waspada, soalnya bisa saja barang terlarang masuk lewat pengunjung.
7. Saya
kira laki tahunya perempuan
Ini baru aja kejadian kemaren, ada yang mau besukan dan ngasih KTPnya. Saya
reflek mau nyapa “mau besuk siapa pak?” eh pas lihat KTPnya jenis kelamin
perempuan. Habis gaya si ibu itu kayak laki-laki. Rambut pendek, pakai celana
jeans dan jaket.
Karena nggak enak hati saya ulang lagi “mau besuk siapa, mba? 😬”
***
Gitu deh suka dukanya kerja di bagian layanan kunjungan, kudu sabar
menghadapi aneka ragam jenis sifat orang. Apalagi kalau pengunjungnya lebih
galak daripada petugas. Dih, kudu nyetok sabar banyak-banyak😓.
Ada juga yang kerja di bagian pelayanan masyarakat dan ngalamin kejadian
lucu/aneh/unik? Share di kolom komentar ya.
Baca juga : Tipe-Tipe Pengunjung Wanita
Semua Orang Bisa Kuliah [Review Universitas Terbuka]
Dulu saya nggak kebayang sama sekali bakal menjalani perkuliahan dengan status sebagai ibu rumah tangga dan seorang karyawati di Lapas. Mikirnya pasti rempong banget, euy. Dulu saya waktu single aja kuliah masih ada keteteran ketika dalam satu minggu tugas barengan datangnya, belum lagi kuis-kuis dan ujian. Maklum sih, saya nggak pinter-pinter banget jadi kalau belajar nggak bisa lama-lama. Kelamaan dikit otak berasap.
Cerita Petugas Lapas : Istri Tua dan Istri Muda
Saya seorang petugas lapas, kebetulan untuk beberapa bulan ini saya ditempatkan di bagian layanan kunjungan. Tugas saya mencatat data pengunjung seperti namanya, alamat, dan hubungannya dengan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang dibesuk.
Dari pekerjaan saya ini ada cerita yang menggelitik. Jadi ada seorang ibu kita sebut saja bawang putih. Si ibu bawang putih ini setiap hari selalu membesuk suaminya di lapas.