√ Cerita Petugas Lapas : Jadi Ustadzah Dadakan - Duduk Paling Depan

Cerita Petugas Lapas : Jadi Ustadzah Dadakan

petugas lapas

Saya kerja di lapas dari usia 19 tahun, dimana yang saya jagain itu warga binaannya berumur 25-50 tahun. Kalau secara usia rasanya gimana gitu ya yang muda nasehatin yang tua. Apalagi waktu saya masih single nyeramahin emak-emak yang sudah lebih banyak pengalaman.

Namun bagaimanapun juga itu tuntutan pekerjaan. Selain menjaga keamanan petugas lapas juga memberikan pembinaan. Jadi ketika saya dimintai saran atau ada situasi dimana memang saya harus menasehati mereka, ya mau nggak mau saya jadi ustadzah dadakan. 

Misalnya pernah suatu malam, saya lagi lewat depan kamar salah satu warga binaan, kedengaran mereka kayak ribut-ribut. Jadi saya tanya dong "kenapa nih, berisik banget? " salah satu dari mereka jawab "dia nih bu bilang kalau dosa saya nggak bakal diampuni Allah, karena sudah merampok dan membunuh". 

Saya diam sejenak terus lanjut ngomong "Setahu ibu dosa yang tidak diampuni itu dosa syirik, alias menduakan Allah SWT atau berdo'a kepada makhluk lain. InsyaAllah kalau mbak disini benar-benar tobat pasti Allah SWT ampuni". 

"tuh kan, apa aku bilang. Masih bisa diampuni kok. Jadi jangan nuduh-nuduh aku masuk neraka" kata yang tadi bertanya ngomong ke teman sekamarnya. Saya juga langsung pamit mau ke pos tengah. Sampai di pos tengah saya geli sendiri, udah kayak ustadzah aja pakek ceramah gitu. Semoga saja apa yang saya sampaikan memang benar.

Lain kali pernah juga saya menasehati warga binaan yang pernikahannya kacau semenjak dia dan suami sama-sama masuk bui. Lagi-lagi saya nasehatin harus sabar, setiap pernikahan itu ada ujiannya, suami bertanggung jawab mendidik istri dan dia juga sudah membawa istrinya ke jalan yang salah, tapi di lapas lah kesempatan untuk berubah. 

Padahal waktu itu saya belum nikah lho, tapi nasehatinnya kayak yang udah duluan makan asam-garam-cuka-gulanya pernikahan, wkwkwkw. 

Memang menghadapi warga binaan itu butuh trik tersendiri. Ada masanya harus tegas dan keras jika memang mereka melanggar aturan di lapas. Ada masanya dinasehati dengan lembut disaat memang mereka butuh saran dan masukan. 

Saya sendiri orangnya susah marah yang meledak-ledak, kecuali kalau memang ada pemicu yang benar-benar bikin emosi. Tapi biasanya kalau ada warga binaan yang melanggar aturan cukup fatal, saya laporin ke atasan. Biar atasan aja yang langsung bertindak. 

Ada lagi kejadian baru di bulan Ramadan ini. Awalnya sih dari rekan kerja yang ngasih tahu kalau salah satu warga binaan perempuan disini nggak mau sholat tarawih dengan alasan yang katanya "capek dan pusing". Padahal teman-teman sekamarnya bilang dia sehat-sehat aja dan nggak puasa siangnya. 

Rekan kerja saya yang waktu itu bertugas untuk mengawal tarawih, sempat negur dan mengingatkan untuk sholat. Tapi dianya cuma jawab asal dan terkesan ketus. Alhasil rekan kerja saya marah dong ke dia. Apalagi mengingat dia capek banget hari itu ngerjain usulan remisi warga binaan sampai lewat jam kerja, termasuk usulan remisi dia yang malas sholat ini.
suasana tarawih di lapas

diblurkan untuk privasi warga binaan, yang nggak diblur itu istri pegawai dan anak kecil adalah anaknya.

Besoknya teman saya ini cerita ke saya dan saya cuma bisa nyabarin sambil ngasih pengertian. Bagaimanapun juga yang kita hadapi ini orang yang "bermasalah". Sebelum masuk lapas mungkin memang mereka nggak terbiasa puasa dan sholat. Jadi menyuruh mereka sholat lebih susah kayak nyuruh anak TK. 

Saya bilang akan gantian nasehatin warga binaan perempuan. Soalnya teman saya ini mau pulang kan ke rumah keluarganya. Jangan sampai gara-gara masih kesal dengan sikap seseorang jadi kebawa mood jelek pulang ke rumah. 

Malamnya giliran saya yang bertugas piket tarawih. Alhamdulillah semuanya sudah bersiap sholat. Termasuk dia yang kemaren malas-malasan. Selesai sholat saya kumpulin mereka dan kasih nasehat lagi. 

"Ibu senang kalau mbak-mbak disini sholat semua tanpa disuruh. Ini kan bulan Ramadan, umur siapa yang tahu. Belum tentu kita ketemu bulan puasa tahun depan. Ibu tahu mungkin di luar ada yang memang tidak terbiasa puasa dan sholat. Nah di dalam lapas ini lah tempatnya berlatih. Pelan-pelan nggak apa-apa, ibadah itu awalnya terpaksa, lama-lama terbiasa. 

Ibu juga tahu ada yang nggak puasa walaupun nggak halangan disini. Sekali lagi pelan-pelan belajar. Hari ini sampai jam 12, besok jampai jam 1, seterusnya sampai bisa full satu hari. Terus kalau ada petugas yang nasehatin jangan kalian malah sakit hati. Memang tugas kami disini membina, mengingatkan. 

Di luar, belum tentu ada yang mengingatkan kalian setiap hari kayak disini. Paham, semua?"

Mereka semua kompak menjawab "Paham, bu". 

Sudah kayak Mamah Dedeh belum?


Pulang dari lapas malam itu saya jadi geli sendiri. Geli dalam artian tadi saya ceramah begitu apakah saya sudah pantas? kalau bukan karena pekerjaan, saya rasanya nggak akan berani menasehati orang lain seperti itu karena saya tahu kapasitas diri saya yang ibadahnya belum sempurna. 

Yah, semoga saja apa yang saya sampaikan nggak melenceng dari ajaran agama Islam. Semoga saja ada yang masuk ke dalam hati mereka. 

Walaupun besoknya, tetap ada 1-2 yang malas sholat padahal siangnya juga nggak puasa. Hadeeeeeh -_____-".

Lagi-lagi saya mencoba memahami sajalah, dalam sebulan ada 15-20 hari aja mereka mau puasa dan sholat sudah syukur. Mengingat sebelumnya mereka ada yang memang nggak pernah puasa dan sholat. Setidaknya semoga latihan di bulan Ramadan ini berlanjut sampai bulan-bulan lainnya. 

Begitulah suka duka kerja di lapas. Siap jadi apa saja. Kadang-kadang jadi guru ngajarin baca tulis, kadang-kadang jadi ustadzah, kadang-kadang jadi Mc, kadang-kadang jadi petugas pemeriksa kebersihan, dan lain sebagainya. 

Oh ya, minta do'a juga ya atas beberapa kejadian akhir-akhir ini yang menimpa beberapa lapas dan rutan di Indonesia. Mungkin yang sudah nonton berita tahu ya kalau ada lapas dan rutan yang rusuh sampai terbakar. 

Itulah resikonya menjaga orang-orang bermasalah, ratusan bahkan ribuan pula jumlahnya. Kita nggak tahu isi otak mereka apa aja. Kalau mereka sudah bersatu dalam rencana jahat, tentu jumlah petugas akan akan kalah. 

Minta do'anya semoga yang kerja di tempat-tempat beresiko seperti di lapas selalu diberikan perlindungan oleh Allah SWT. Karena kita disini juga niatnya nyari uang buat keluarga, pastinya setelah kerja ingin pulang ke rumah tanpa kurang suatu apapun. 

Ada yang pernah kayak saya nggak? tuntutan pekerjaannya ataupun ada situasi kondisi tertentu yang bikin kita jadi mendadak ceramah? Cerita di kolom komentar ya.

Get notifications from this blog