√ Berhenti Membandingkan Kehidupan - Duduk Paling Depan

Berhenti Membandingkan Kehidupan



Setuju nggak sama quote yang saya buat di atas?

Setiap hari kita berinteraksi dengan orang lain mulai dari tetangga, teman-teman kantor, keluarga besar, bahkan lebih luas lagi kita bisa berinteraksi dengan siapa saja di dunia maya. 


Interaksi itu bisa saja mendatangkan nilai-nilai positif seperti silahturahmi, tawaran pekerjaan, atau sekedar obrolan ringan dan hiburan. Tapi interaksi itu juga bisa membuat kita membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. 

Misal ngobrol sama tetangga, tetangga cerita baru beli rumah baru untuk anak keduanya. Sedangkan untuk anak pertamanya sudah ada di daerah lain. Hal itu membuat kita punya dua sudut pandang. Pertama, ikut bahagia dengan kabar baik dari tetangga. Kedua, membandingkan dengan kita yang belum punya aset apa-apa. Boro-boro persiapan aset untuk anak, rumah yang ditempatin sekarang aja masih ngontrak. 

Atau bagi yang belum menikah, suatu hari ketemu teman waktu SMA. Setelah saling sapa dan ngobrol, kita tahu ternyata dia sekarang sudah bekerja dan menikah. Di satu sisi senang mendengar kabar tersebut, di satu sisi mengasihani diri sendiri yang kemana-mana masih sendiri.

Ada yang seperti itu? hehe. 

Saya juga kok. 

Manusiawi rasanya kita punya rasa iri dengan kehidupan orang lain. Tapi, jangan sampai perasaan itu kita pelihara. Sehingga nggak ada habisnya setiap hari sibuk membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. Kalau bertemu dengan orang yang lebih segalanya di atas kita, kita merasa iba pada diri sendiri dan bertanya-tanya kapan aku seperti dia? sedangkan jika bertemu dengan orang yang lebih rendah kita menjadi jumawa karena merasa lebih berhasil daripada dia. 

Hempaskan perasaan itu jauh-jauh permisaaaaah...!!!

Hidup ini cuma sekali, bahagikanlah diri semampunya. 

Salah satu cara bahagia adalah berhenti membandingkan kehidupan kita dengan orang lain. 

Kalaupun sampai terlintas di hati membandingkan-membandingkan kehidupan, cepat-cepat bawa istigfar. Percayalah, Allah itu Maha Adil. Mungkin kita belum punya rumah, tapi mungkin sepanjang hidup kita belum pernah sakit parah. Mungkin kita belum menikah, tapi mungkin Allah berikan kelancaran rezeki yang melimpah. 

Bakalan capek hati sendiri kalau terus-terusan membandingkan hidup kita dengan orang lain, apalagi kehidupan orang di Instagram, wkwkw. Jangan coba-coba!!

Dulu saya gampang baperan main Instagram. Kalau lihat teman upload makan enak di restoran, kepengen juga. Masih mending kalau makanan ya, bisalah diikutin. Tapi kalau lihat orang upload jalan-jalan ke luar Negeri sedangkan saya belum mampu, nyesek rasanya. Terus merengek ke suami minta hal yang sama, padahal saya tahu persis berapa penghasilan suami. Dari raut wajahnya ingin sekali mengabulkan permintaan saya tapi dia belum mampu. 

Sampai pernah suami saya bilang "kalau adek terus maksa, mas jadi kepikiran terus. Emangnya adek mau mas cari jalan pintas demi mengabulkan keinginan adek?"

JLEB!!!

Saya langsung minta maaf. Saya nggak mau gara-gara saya suami justru berbuat dosa, menghalalkan yang haram demi menyenangkan saya. 

Segitu parahnya dampak dari membandingkan kehidupan. 

Mulai dari situ sih saya belajar untuk stop membandingkan. Kalaupun iya, saya akan membandingkan nikmat yang Allah berikan dengan apa yang saya belum punya. Hasilnya? nggak imbang. Pemberian Allah bahkan yang tanpa saya minta lebih banyak nikmatnya daripada dukanya. 

Saya mungkin belum punya rumah, kendaraan masih nyicil. Tapi saya diberi suami yang perhatian, anak yang sehat, dengan saudara saya akur, nggak ada konflik berarti. Pekerjaan saya lancar-lancar aja, sering pula diberi rejeki tambahan di luar pekerjaan utama. 


Hal-hal indah yang kita lihat pada hidup orang lain bisa jadi karena kita melihatnya dari satu sisi saja. Toh, kita nggak masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Mungkin orang lain bisa jalan-jalan ke luar negeri karena sekalian berobat atas sakit menahunnya. Mungkin orang lain bisa punya rumah mewah karena itulah penghargaan atas kerja kerasnya dulu yang pernah tinggal di jalanan. 

Sekarang saya jauh lebih mendingan. Kalaupun main Instagram dan ngelihat yang enak-enak, ya itu tadi pikiran saya langsung bilang bahwa kita nggak tahu semua sisi kehidupan orang. Melalui instagram dia memilih untuk menyajikan kehidupan yang kita lihat "kayaknya hidup dia enak banget sih". Padahal pasti ada perjuangan berdarah dan kisah duka dibaliknya.

Malah sekarang saya jadiin motivasi untuk terus berkarya dan menghasilkan rupiah. Misal saya juga kepengen banget ajak keluarga liburan ke luar kota. Alih-alih cuma iri melihat orang upload foto liburannya, lebih baik saya banyakin nulis biar dapat sponsored post, wkwkw. Duitnya ditabung, deh. 

Hidup cuma sekali, harus dibikin happy.
Jangan pernah iri, cuma bikin sakit hati.
Lihat orang sukses, jadikan motivasi.
Karena Bahagia itu kita yang tentukan sendiri.


Ada yang pernah merasakan hal serupa? membandingkan kehidupan dengan orang lain? Ceritain di kolom komentar, ya. 






Get notifications from this blog

29 comments

  1. Wah kena Paragraf kelima ni sis 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. enjoy your time, mba. Allah pasti punya rencana terbaik :D

      Delete
    2. Aamiin makasih mbak 😊

      Delete
  2. pernah banget membandingkan hidup dg orang lain, tapi gak untuk iri yang bikin jadi rugi diri sendiri, tapi membandingkan untuk lebih semangat kerja misalnya, atau semangat nabung buat liburan... kata-kata yang terakhir koentji banget deh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju mba maya. lihat orang sukses, jadikan motivasi :D

      Delete
  3. Perkataan suaminya sih nampar banget, Mba ): suamiku juga tipe yang seperti itu. Bersyukur sih punya pasangan yang bisa mengingatkan keadaan kita. Urusan banding-membanding ini memang nggak ada habisnya. Aku belajar untuk bersyukur atas hal-hal kecil dan nggak lupa untuk "lihat ke bawah". Dengan begitu nggak gampang lagi untuk merasa iri (:

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali mba, itulah gunanya pasangan untuk saling mengingatkan dan melengkapi. Thanks for reading :)

      Delete
  4. Kata suami mba e bisa nih ditiru untuk meredam si dia yg kadang minta aneh aneh 😂

    ReplyDelete
  5. Bener bun karena setiap orang memiliki ukuran sepatu yang berbeda. Kita tidak bisa memaksakan ukuran sepatu orang ke kita atau sebaliknya ya 😃

    ReplyDelete
  6. Jangan Pernah BERHENTI membandingkan KEHIDUPAN Mbak...... :)

    eitsss......jangan ngamuk dulu dng ungkapan saya. :)

    Maksud saya jangan pernah berhenti membandingkan kehidupan dalam soal Ibadah dengan orang2 yang rajin ibadah.

    Tujuannya adalah agar terjadi perlombaan dalam meningkatkan Amal Ibadah Soleh, Tetangga rajin shalat Tahajud, kita harus rajin juga, tapi kalau tetangga beli Mobil Baru ...bodoh amat dah, karena harta tidak dibawa ke Alam Kubur. :)

    Membandingkan masalah harta, tahta dan sesuatu yang bersifat keduniawian akan membuat kita menjadi Sombong, dan Kesombongan adalah sifat yang dilarang Oleh Agama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah kalau ini sayo setuju, kando. Untuk urusan akhirat, kita harus terus membandingkan dengan orang-orang sholeh.

      Delete
  7. Bener juga sih kang.. kalau untuk kebaikan harus berubah jadi lebih baik, se7 kang 😊

    ReplyDelete
  8. Kalau saya tidak selalu materi kadangkala keberuntungan orang mbak. Kok si A atau B hidupnya enak banget, ngak butuh perjuangan untuk mewujudkan keinginannya.
    Akhirnya pusing sendiri dan seperti biasa suami "menyembuhkan dengan nasihatnya. Walaupun kata yabg keluar sama tapi saat suami ngomong, jleb rasanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah pentingnya punya partner yang mengingatkan kita, mba. :)

      Delete
  9. Just be yourself aja yah mba. 😊

    ReplyDelete
  10. Iya Mbak setuju. Kadang ngelus dada kalau membandingkan diri dengan orang-orang disekitar. Setiap orang punya tugas yang berbeda. Dan setiap orang membawa value yang berbeda

    ReplyDelete
  11. Haiii kak Enny!
    Wah setuju bangettt, dulu aku suka banding2in diriku dg org lain, yang lebih muda tapi lebih sukses, yang seumuran tp nasibnya beda banget.
    Tapi lama2 malah stress dan bikin sadar, tiap org punya jalan sendiri2, di waktu nya sendiri :)

    Eh btw kak Enny dari Jambi juga?
    Sama dooooong! Salam kenal yaaah

    ReplyDelete
  12. pengingat bagi saya pribadi, sering kali memang memandang orang lain lebih dan lebih, tapi lupa dengan kemampuan dan keunikan diri sendiri yang kalau dipikir lagi, orang lain pun diam2 kagum

    ReplyDelete
  13. kuncinya rasa syukur ya, kalau kita bersyukur kita gak perlu iri dg orang lain

    ReplyDelete
  14. Memang bener sih rumput di halaman tetangga lebih hijau ☺ Kadang saat orang lain melihat kita hidup enak atau ga, padahal kenyataanya ga begitu kan. Misal ada oarng kelihatan mentwreng rumahnya tapi kita belum tahu kalau ternyata hatinya gelisah dan ga bahagia... ya itulah ga bisa diukur kan .. yang penting bersyukur aja 😊

    ReplyDelete
  15. Pernah juga dihinggapi perasaan iri kala ketemu teman lama dan dia cerita ini itu sementara saya cuma jadi pendengar setia.

    Untung sering diingatkan oleh suami kalau hidup itu "sawang sinawang"

    ReplyDelete
  16. Huhuhu.. Ternyata yang kayak begini berasa terus yaa.. Mau kita masih sekolah, kerja atau udah berumah tangga. Aku setuju banget, Mbak, ngebandingin kehidupan sebenernya cuma bikin stress doang. Mending kita melakukan sesuatu yang produktif, biar stress hilang.. 😄😂

    ReplyDelete
  17. Betul! Dibalik kebahagiaan yang orang tunjukkan, kita nggak tau apa yang telah "direnggut" dari mereka. Just keep yourself and focus on our own goals aja, daripada hati kita sibuk ngurusin orang lain.. hihihi..

    ReplyDelete
  18. Hai kakak, memang sebagai manusia ini gak pernah puas atas apa yang sudah kita miliki yah. Aku pun dulunya pernah gitu, membandingkan kesedihanku dengan yang orang lain miliki. Padahal aku harusnya bersyukur dan gak perlu membandingkan dengan orang lain.

    ReplyDelete
  19. Aku pernah nemu quote yang ngena banget tentang banding2in ini "Don't compare your beginning to someone else's middle"

    ReplyDelete