Duduk Paling Depan: 2015
Memori Tentang Ibu

Memori Tentang Ibu





Kalau sudah ngomongin sosok ibu rasa-rasanya kita perlu tisu untuk jaga-jaga kalau ada air jatuh dari mata. Hari ini mamaku ulang tahun yang ke-51 sekaligus ulang tahun pernikahan yang ke-29 tahun. Karena umur aku sekarang 22 tahun, maka yang aku tulis adalah memori kilas balik selama 22 tahun menjadi anak beliau.

Waktu kecil aku nggak masuk TK, mungkin orangtuaku punya alasan tersendiri kenapa nggak memasukan aku ke TK. Tapi meskipun nggak mengecap pendidikan TK tapi aku merasa masa kecil aku menyenangkan. Aku ingat mama yang sambil memasak mengajarkan aku lagu “tukang becak” lengkap dengan gerakannya, dan lagu anak-anak lainnya. Aku ingat mama mengajarkanku berhitung dengan jari-jarinya sambil berbaring di kasur sebelum kami tidur. Aku ingat mama juga mengajarkanku huruf-huruf dari iklan-iklan di majalah atau spanduk-spanduk yang kami lihat sepanjang jalan. Aku ingat tentang mama yang memangku aku yang ketiduran di angkot lengkap dengan iler berceceran di pangkuannya. Aku ingat tentang mama yang mengomel namun setelah itu dia pula yang membujukku untuk makan. Aku ingat tentang mama yang marah kalau aku bolos madrasah (karena pendidikan agama itu sangat penting). Aku juga selalu suka masakan mama meskipun di luar sana banyak restoran yang enak, tapi masakan mama tetap yang terbaik karena aku merasakan cinta di setiap suapannya.

Gentala Arasy, Wisata di Tengah Kota.

Gentala Arasy, Wisata di Tengah Kota.

Sebenarnya bisa sih liburan ke Paris dan selfie depan menara Eifel, tapi gimana dong ya nggak punya banyak waktu tuh. *digeplak sendok nasi*. Intinya sih nggak punya duit banyak buat kesana, tapi bahagia itu nggak selamanya tergantung pada uang banyak kok, yang pas-pas-an juga bisa bikin bahagia. Kayak kamu, pas di hati aku #eaaa #salahfokus


Warna Warni Festival Lampion

Warna Warni Festival Lampion

Assalamualaikum...

Sebagai AHGJ (Anak Hampir Gaul Jambi) belum hits rasanya kalau aku belum berkunjung ke tempat yang lagi jadi pembicaraan warga Jambi. So, jadilah kemaren aku mengisi waktu sabtu malam (bukan malam minggu) ke festival lampion Suzhou.

22

22

Hello July, nice to meet you again for 22nd time.

Gilaaaak nggak kerasa udah 22 tahun aja nih aku, perasaan baru kemaren deh ngerayain ultah ke-17 #menolaktua :P

Beberapa hari yang lalu seorang teman dekat bertanya “ulang tahun nanti Ein mau bikin acara apa?”  nggak salah  juga dia nanya begitu karena dia tahu hampir setiap tahun aku merayakan ulang tahun dengan bikin acara makan-makan di rumah atau di restoran. Tapi tahun ini berbeda. Aku nggak punya rencana apapun untuk merayakan tanggal ultah.

Waktu mungkin mendewasakan, membuat aku merasa bahwa ulang tahun bukanlah tentang meniup lilin di atas cake coklat sambil memejamkan mata dan mengucapkan wishes di dalam hati. Ulang tahun bukan tentang sibuk membuka kado yang menumpuk. Ulang tahun bukan lagi tentang pesta dan perayaan. Ulang tahun justru menjadi hari untuk muhasabah diri, instropeksi  dan koreksi diri.

Padahal tahun lalu aja aku masih ngambek karena beberapa temen deket justru telat ngasih cake dan kado, menurutku mereka kurang peka padahal itu adalah hari spesial yang cuma ada setahun sekali. But I was totally wrong. Kenapa aku Cuma menilai mereka berdasarkan ingat atau nggaknya mereka akan ulang tahunku? Padahal nggak peduli hari apapun itu ketika aku butuh mereka ada. Mereka mendengarkan curhatku ketika aku senang maupun galau, ketika aku bahagia ataupun kecewa.

Euuum tahun ini nggak banyak yang aku minta. Aku Cuma mau jadi pribadi yang lebih baik dan menyenangkan untuk semua orang. Aku mau setiap orang yang kenal aku di dalam hidupnya nggak merasa menyesal kenal denganku. Karena usia hanyalah soal angka, sedangkan umur Allah membuatnya menjadi sebuah rahasia. Tua atau muda semua manusia pasti kembali pada-Nya, setidaknya di dunia aku ingin diingat sebagai orang yang menyenangkan bukan sebaliknya.

Selain meminta hal diatas, aku justru ingin bersyukur pada Dia yang telah memberikan apa yang aku butuhkan, apa yang aku inginkan, apa yang tidak pernah aku minta namun Dia berikan karena Dia tahu aku membutuhkannya. Keluarga yang baik, Sahabat yang setia, Pekerjaan yang menyenangkan,  Rezeki yang cukup, dan masih banyak lagi bentuk kasih sayang-Nya yang aku rasakan. Thanks Allah, you’re the one and only. Please bless me always wherever am I, please don’t forget me even if I forget about you. Thanks for giving me such amazing life.

Eum.. mungkin yang masih kurang cuma satu aja sih, itu tuh.. maksudnya...

Kurang ada ......

*mati lampu*
 *yaaah jadi nggak bisa nulis deh maksudnya kurang apa*

Well, happy birthday to my self. Be happy and share happiness to everyone you love the most.

source : google image


Belajar Dari Mereka

Belajar Dari Mereka



Setiap anak nggak bisa memilih dari rahim siapa mereka dilahirkan. Kita juga nggak bisa memilih latar belakang keluarga kita. Tuhan sudah menentukan takdirnya tepat saat kita keluar dari rahim ibu, menangis kencang sebagai tanda permulaan hidup kita di dunia. Yah, kita bisa nggak bisa memilih rupa dan status sosial orang tua kita. Bagaimanapun, yang Allah berikan tentulah yang terbaik. 

Aku pribadi bersyukur banget lahir sebagai anak ibu Nur dan pak Syarif, dari kecil aku nggak pernah kekurangan kasih sayang, mungkin mereka bukan orangtua yang kaya raya tapi aku nggak pernah merasakan kelaparan hanya karena di dapur nggak ada makanan dan nggak ada uang untuk sekedar membeli beras. Pendidikanku, mainan, kendaraan, semua dapat mereka penuhi.
Memori Tentang Ayah

Memori Tentang Ayah


Kita memang tidak bisa memilih dari rahim siapa kita dilahirkan, orangtua mana yang membesarkan. Maka bersyukurlah aku dilahirkan menjadi anak mereka. Pun kalau sekiranya ada kesempatan memilih orangtua, maka aku akan tetap memilih mereka sebagai orangtua.

Nggak ada manusia yang sempurna termasuk orangtua kita. Termasuk papa. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, papa adalah orang yang paling aku banggakan. Aku nggak perlu super hero seperti superman, batman, atau iron man. Sosok papa sudah mewakili itu semua. 

Kebanyakan sosok ayah hanyalah menjadi tulang punggung keluarga dimana tugasnya mencari nafkah dan memastikan kebutuhan finansial keluarganya tercukupi. Untungnya papa memberikan aku memori tentang sosok ayah yang bukan hanya tempat untuk meminta uang jajan. 
Museum Kata Andrea Hirata

Museum Kata Andrea Hirata

Sebagai pekerja kantoran yang kerjanya Senin-Sabtu dari pagi sampai sore rasa jenuh pasti sering muncul (yang senasib mana suaranyaaaaaa?!!). Apalagi aku kerjanya di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang dikelilingi tembok tinggi berwarna abu-abu. Mana nggak ada cowok kece lagi (kalau dibaca senior aku, dijitak deh nih). Jadi pengen banget liburan tapi ada beberapa hal yang masih perlu dikerjakan sehingga belum bisa ambil cuti (cailaaaah gayanya, padahal bilang aja duitnya belum ada).

Daripada berkeluh kesah gundah gulana gelisah merana, mending aku mengingat kembali serunya liburan ke Belitung Februari lalu (klik disini untuk cerita tentang Belitung). Selain pantai, ada satu destinasi wajib untuk para wisatawan yang berkunjung ke Tanjung Pandan ini. Kalau kalian pernah baca novel Laskar Pelangi yang kemudian difilmkan tersebut pasti tahu dengan penulisnya, Andrea Hirata. Nah di Belitung ada satu museum namanya "Museum Kata Andrea Hirata"

Rasa Nano-Nano Diklat Kesemaptaan 2015

Rasa Nano-Nano Diklat Kesemaptaan 2015




Aku baru aja selesai pendidikan dan latihan (diklat) kesamaptaan. Semacam diklat  wajib dari intansi tempat aku bekerja, Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).

Rasanya diklat kesemaptaan itu kayak permen Nano-Nano, manis asam asin rame rasanya #Ngiklan.
Main-Main di Belitung

Main-Main di Belitung

Seperti janji dipostingan sebelumnya, aku mau lanjut cerita tentang indahnya pesona Pulau Belitung. Disana aku sempat mengunjungi tiga pulau yaitu Pulau Langkuas, Pulang Kepayang, dan Pulau Pasir. Semuanya indah dan memanjakan mata. Untuk mencapai kesana bisa menyewa motor atau mobil. Karena aku takut diphpin bawa motor di tempat asing jadinya aku memutuskan untuk nyewa mobil + driver yang sekaligus jadi guide. Serunya lagi guidenya masih muda nggak beda jauh umurnya dari aku jadi ngobrolnya lebih nyambung *sekalian modus*.


Untuk menuju pulau-pulau tersebut bisa menyebrang dengan menyewa kapal nelayan dari pantai Tanjung Kelayang. Ketika sampai di Tanjung Kelayang aja udah jingkrak-jingkrak norak ngelihat putihnya pasir pantai dan birunya air laut dengan suara ombaknya yang merdu. Ternyata pulau-pulau yang ada di sekitar sana lebih bagus lagi dan bikin aku tambah norak.
Sore-Sore Unyu di Pantai Panyabong, Belitung.

Sore-Sore Unyu di Pantai Panyabong, Belitung.


Berawal dari mumetnya sama rutinitas harian dan butuh sesuatu untuk merefresh raga dan jiwa ini *cailaaaah lebay beudh dah* maka tanpa banyak persiapan aku beli tiket, ngerayu sahabat untuk nemenin, izin cuti di kantor, cuuuuus dari Jambi ke Jakarta lanjut ke Belitung.

Jadilah jum’at pagi dengan bawa satu ransel doang (iya cuma satu tapi isinya belendung banget) aku ngojek ke Bandara. Niatnya sih pengen ngangkot aja biar hemat, tapi bangunnya kesiangaaaan. Untungnya Lion air udah ada fasilitas self check-in via website jadi nggak terlalu deg-deg-an sih. 

Dengan Bismillah, aku minta abang ojeknya ngebut. Untung Jambi macetnya masih wajar nggak kayak kota besar, aku sampai bandara tepat waktu. Perjalanan Jambi-Jakarta Cuma 50 menit pakai pesawat. Iya sih judulnya kali ini backpackeran tapi aku nggak kuat kalau mesti naik bus sehari semalam. Alih-alih mau refreshing, sampe sana malah kliyengan mabuk darat. Transit di Jakarta lanjut ke Belitung cuma empat puluh menit. Malah sangking sebentarnya, aku baru aja ngerumpiin satu cowok ke temen eh udah ada pengumuman pesawat mau mendarat. Padahal niatnya ngerumpiin sepuluh cowok gitu.
Kapan Nikah?

Kapan Nikah?





Untuk kalian yang sudah cukup umur apalagi sudah punya pekerjaan pasti nggak asing sama pertanyaan diatas. Bahkan mungkin sudah ada yang nggak perlu lagi makan nasi karena keburu kenyang sama pertanyaan itu.

Kenapa ya kadang orang-orang terlalu kepo dan rempong dengan bertanya “kapan nikah?” padahal itu pertanyaan sensitif terutama untuk mereka yang jones dan masih mencari pasangan hidup.


Sebenarnya postingan ini akan nyerempet ke curhat....
Ditilang?

Ditilang?

Kemarin, untuk pertama kalinya selama memakai kendaraan bermotor aku kena tilang polisi lalu lintas. Jadi ceritanya aku dan temen mau ke salah satu destinasi wisata di kota Jambi, yaitu Tanggo Radjo untuk menikmati sore disana. Niatnya kita mau foto-foto sambil ngeliat panorama senja di tepian sungai Batanghari ditambah dengan kokohnya bangunan baru jembatan pedestrian & menara Gentala Arasy yang jadi icon baru kota Jambi. Secara sebagai anak setengah gaul Jambi, kayaknya belum hits gitu kalau belum upload foto selfie dengan background jembatan dan menara tersebut.

Tapi rencana tinggallah rencana wahai kakanda, belum juga nyampe di tengah jalan kita dicegat polantas. Salahnya sih karena teman yang bawa motor di depan motor aku salah belok, lebih salah lagi karena aku ngikutin aja. Jadilah kita berdua (kita bawa motornya masing-masing) di-stop-in dua orang polisi.

"Surat-suratnya mana dek?"

Deg!!
Tempoyak. Cherrybelle Aja Suka.

Tempoyak. Cherrybelle Aja Suka.

Aku suka tempoyak hingga tetes terakhir” *pakek nada lagu iklan susu*

Kuahnya yang kental dengan rasa asam manis pedas, harum khas durian. Kuah nikmat itu bergumul dengan ikan patin yang dagingnya lembut dan gurih. Bisa juga dengan jenis ikan lain atau udang, euum.. Delicious *lap iler*.

Kalau orang Jambi udah pasti tahu lah ya sama yang namanya Tempoyak. Apa? gak tahu? Duh, pasti Jambinya karbitan nih, atau kw 20?!. Meski nggak semua orang Jambi suka sama Tempoyak (berdasarkan survey aku ke warga komplek) tapi hampir semua orang Jambi tahu kalau salah satu makanan khas Jambi adalah Tempoyak.
Kalau Palembang punya empek-empek, Jakarta punya kerak telor, Jogja punya gudeg, nah Jambi punya tempoyak sebagai kuliner khasnya. Tempoyak itu terbuat dari fermentasi buah Durian. Tempoyak memang jadi sejenis lauk yang enak disantap dengan nasi putih. Apalagi kalau dihidangkan pas hangat-hangatnya, ditambah lalap dan makannya bareng orang tercinta, beeeeeh!
Aku sendiri suka banget makanTempoyak. Kalau nemu rumah makan yang jualan lauk Tempoyak, rasanya kayak nemu gebetan dengan kriteria yang diidam-idamkan *sekalian curcol*. Iya, soalnya meski Tempoyak makanan khas Jambi tapi disini lebih banyak kita temuin Rumah Makan Padang dari pada Rumah Makan Jambi. Itulah kenapa ada orang bilang, orang Padang nggak bisa lihat perempatan jalan, bawaannya pasti pengen buka rumah makan.
Meski begitu aku tahu dimana tempat makan Tempoyak yang enak di Jambi ini. Ada rumah makan “Bu Salma” yang memang menyajikan kuliner khas Jambi kayak Ikan patin tempoyak dan ikan patin pindang. Di beberapa restoran di Jambi juga menyajikan Tempoyak sebagai menu andalannya. Di depan kampus aku juga ada yang jual tempoyak yang seporsinya sesuai sama kantong mahasiswa.
Penasaran tempoyak itu penampakannya kayak apa? ini dia.



tempoyak udang made by mrs.Nur'aini a.k.a my emak.
Karena tempoyak berbahan dasar fermentasi durian, nggak semua orang bisa makan karena ada orang yang nyium bau durian aja udah mual. Aku sih kasian banget sama orang yang nggak suka Durian, nggak menikmati hidup tuh. Karena bagi aku durian adalah buah surga yang bibitnya jatuh ke bumi dan kemudian dikembangbiakkan sama manusia. Kalau bukan buah surga nggak mungkin tuh seenak itu *teori ngasal*.

Tapi anehnya ada temen aku yang suka durian tapi nggak suka tempoyak, ada juga yang suka tempoyak tapi nggak suka durian. Kenapa nggak kayak aku aja sih, yang mencintai durian apa adanya bagaimanapun bentuknya. Dan tahukah kamu nggak aku aja yang doyan tempoyak, Cherrybelle aja suka, nih buktinya.
Oh iya kalau ada yang mau coba masak Tempoyak tinggal googling aja resepnya. Jangan tanya aku karena aku masak mie instan aja nggak enak apalagi masak tempoyak. Walaupun banyak cowok yang suka sama cewek yang jago masak, semoga jodoh gue kelak memaklumi bahwa gadisnya ini nggak bisa masak. Lah, curcol lagi ._.
Kalau kalian yang belum pernah nyobain Tempoyak tapi penasaran sama rasanya, boleh lho hubungin aku untuk jadi guide dan temen makan tempoyak bareng. *ini bukan modus* *kalau dianggep modus ya nggak apa-apa juga sih* *sambil menyelam minum susu*.

Nb: tulisan ini sebelumnya dimuat di http://jabloco.blogspot.com/2014/06/tempoyak-cherrybelle-aja-suka.html